Memang, susah-susah gampang menjadi seorang ibu. Rasanya baru kemarin aku menanggalkan seragam sekolahku dan menikmati keindahan masa remajaku. Waktu bergerak begitu cepat, hingga tiba-tiba aku terhenyak sendiri. I’m a mom now !
Rasa kaget, bahagia, kagok, bercampur baur saat menyandang status sebagai seorang ibu, menambah daftar panjang statusku selama ini yang sebagai istri dari suamiku, anak dari orangtuaku, adik dari kakak-kakakku, tante dari keponakan-keponakanku, cucu dari kakek nenekku, keponakan dari tante-omku, teman dari teman-temanku..ah..pokoknya banyak deh..membuat hidupku penuh dengan warna-warni.
Masih terbayang jelas di pelupuk mataku, saat-saat aku berjuang melahirkan anakku, membuatku tersadar bahwa dulu ibuku juga tidak mudah untuk melahirkanku. Menahan rasa sakit yang amat sangat, ditambah aku harus menjalani induksi ( suatu perlakuan medis untuk memacu kelahiran ) karena anakku belum ada tanda-tanda akan lahir meskipun tanggal prediksi kelahiran sudah lebih dari seminggu !
Takut terjadi sesuatu dengan keadaan bayi yang terlalu lama di dalam kandungan, dokter kandunganku segera menyarankan aku segera masuk rumah sakit dan diinduksi dengan harapan anakku bisa segera lahir dan diharapkan bisa secara normal, jika tidak, terpaksa harus dioperasi Caesar..
Jadilah aku tergeletak tak berdaya menunggu saat-saat kelahiran anakku dengan tangan diinfus cairan induksi karena obat pemacu yang kuminum tidak menampakkan hasil yang cukup berarti.
Kata dokter kandunganku, perlakuan induksi ada 3 macam : pertama dengan obat, suntik dan infus. Aku sudah menelan 3 butir obat yang kuminum tiap 6 jam, tapi rahimku belum juga bereaksi dengan adanya bukaan. Hanya obat yang ketiga yang mampu membuat mulut rahimku bukaan 1 dengan rasa sakit tiap 5 menit sekali.
Mengetahui hal ini, dokter kemudian mengambil tindakan induksi dengan infus. Tindakan ini diambil karena dengan infus, bisa diperkirakan berapa cairan yang mampu membuat reaksi sehingga bisa dilanjutkan tindakan berikutnya. Dalam arti kata, dengan infus lebih mudah dikendalikan bila dibandingkan dengan suntik. Nyatanya, hanya dengan 20 tetes cairan infus, mulut rahimku langsung bukaan 9 selama kurang lebih 10 menit diinduksi. Tanganku segera dilepas dari jarum infus dan siap melahirkan secara normal.
O,ya kata dokter perlakuan induksi berbeda-beda tiap orang. Ada yang diinduksi tapi tidak bereaksi sama sekali meskipun sudah diinfus, sehingga akhirnya harus dioperasi Caesar. Aku termasuk beruntung karena pada akhirnya mampu melahirkan secara normal, walaupun awalnya cukup kesulitan dalam mengejan karena kehabisan tenaga.
Selengkapnya tentang bilirubin bisa dilihat disini .
Bila kadar bilirubinnya tinggi, bayi bisa mengalami sakit kuning karena empedunya belum berfungsi sempurna. Jadi harus diberi perlakuan disinar supaya kadar bilirubin-nya turun hingga dibawah 10. Dan tugasku sebagai ibunya harus memberikan ASI-ku karena bisa membantu bilirubin anakku turun.Walaupun sedih aku belum bisa menggendong anakku karena terpisah tempatnya, anakku di inkubator di ruang steril dan tidak bisa langsung inisiasi menyusui dini, aku memeras ASI –ku. Tidak gampang, tapi semua harus kulakukan demi anakku. Apalagi ASI pertama yang keluar yang berwarna kuning sangat baik karena mengandung colustrum yang bisa meningkatkan kekebalan bayi dan baik untuk pertumbuhannya..
Untunglah, semuanya bisa kulalui dengan baik dan sekarang anakku yang biasa kupanggil Andro, sudah hampir dua setengah tahun. Sangat aktif dan pandai menyanyi. Setiap pagi dari baru Andro lahir, kami berjemur bersama dibawah sinar matahari pagi yang sangat baik untuk pertumbuhan tulangnya, melihat kereta api yang biasa lewat dekat rumah eyangnya Andro, atau melihat pesawat terbang yang lalu lalang di udara, karena tidak jauh dari bandara.
Malamnya, bersama dengan ayahnya, kami bersama-sama mendengarkan musik klasik Mozart khusus untuk anak 3 bulan sampai 3 tahun. O,ya musik klasik ini juga penting lho untuk pertumbuhan otak anak, membantu ingatan kuat dan membuat anak tidak rewel. Aku membiasakan Andro mendengarkan musik klasik ini dari sejak dalam kandungan hingga sekarang. Dan aku sudah merasakan hasilnya. Andro cukup cerdas dan tidak gampang rewel.
Bahkan sekarang, aku punya quality control akan masakanku. Kalau Andro mengacungkan jempolnya dan bilang sedap, enak..berarti masakanku tidak mengecewakan. Tapi kalau Andro susah makan tidak mau menyentuh masakanku, bisa dibilang masakanku kurang enak, dan Andro memilih digorengkan telur plus kecap saja sebagai lauknya. Haha..maklum, sekarang Andro sudah bisa merasakan makanan enak dan nggak enak. Dan yang pasti, sekarang Andro sudah bisa diajak berkomunikasi karena sedang senang-senangnya belajar kata-kata.