Julipedia
Salah satu cara menanamkan jiwa wirausaha pada anak sejak usia dini adalah dengan bermain pasaran
Pasaran. Siapa yang masa kecilnya mengalami bermain pasar-pasaran? Ada yang belum pernah? Baiklah akan saya ceritakan bagaimana pasaran itu. Pasaran adalah permainan anak yang cukup mengasyikkan dilakukan bersama-sama atau sendirian juga dilakukan. Dalam bermain pasaran ini, manfaat yang didapatkan salah satunya adalah anak akan berimajinasi untuk bermain peran sebagai seorang penjual di pasar. Drama yang dimainkan berupa kegiatan memasak atau berjualan segala sesuatu dengan peralatan yang ada di sekitar.
Di masa kecil saya, saya bermain pasaran dengan beberapa teman saya. Saat itu saya dan teman saya berimajiner sedang menjadi seorang penjual es cincau. Cara membuat es cincaunya dengan memanfaatkan beragam tumbuhan yang ada di sekitar. Cincaunya dari daun pohon kapas atau yang disebut dengan randu. Daun kapas itu jika diperas dengan air, maka akan terbentuk suatu cairan yang licin dan kental. Mulur gitu istilahnya. Lalu untuk membuat santannya, saya dan teman memakai gamping atau batu kapur yang ada di sekitar lalu dilarutkan dalam air. Jadi deh cairan putih menyerupai santan. Nah, untuk juruhnya atau air gula merahnya kami memakai batu bata yang ditumbuk dan dilarutkan dalam air. Kalau misalnya mau pakai sirup merah, bisa juga dari daun jati yang dilarutkan dalam air pasti jadi cairan berwarna merah. Ah, saat-saat seperti itu terasa sangat menyenangkan.
Kenangan saya di masa kecil kembali teringat ketika anak wedok dibantu dengan ayahnya membentuk mainan play doughnya menjadi bentuk sate yang ditusuk. Dengan botol bekas anak wedok pura-pura memberi kecap ke sate buatannya. Lalu mulai mengipas satenya.
Di waktu lain, anak wedok bermain pasaran dengan tema yang sedikit beda saat peasaran sebelumnya. Kali ini ia bermain peran sebagai seorang penjual risoles. Dia akan memasak seolah-olah sedang membuat risoles. Setelah dirasa makanannya matang, dia akan mengundang saya dan kakaknya untuk berperan menjadi pembeli yang membeli makanannya. Maka saya dan kakaknya pun akan segera pura-pura membeli dengan uang-uangan kertas.
“Harganya berapa dik?”, tanya saya
“Lima ribu bu!”, jawab si Kecil
“Bisa dibungkus dik?”, tanya kakaknya
“Bisa mas, ini uang kembaliannya..”
Semacam kegiatan di pasar, transaksi jual beli berjalan dengan lancar. Namun tak ada tawar menawar harga karena nggak tega sama penjualnya. Masih kecil soalnya. Hehehehe..
Kegiatan pasaran ini dapat menstimulasi aspek kreativitasnya. Anak juga dapat mengenal dan belajar bagaimana cara berdagang. Belajar tentang hitungan sederhana. Menstimulasi daya imajinasinya juga. Jangan lupa, anak juga belajar untuk berani, percaya diri dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Secara tidak langsung, jiwa wirausaha atau entrepeneurnya dapat terbentuk dengan baik. Sehingga jika si Kecil punya cita-cita untuk menjadi seorang pengusaha, maka dapat diarahkan sejak kecil. Harapannya tentu supaya potensi prestasinya dapat terasah hingga menjadi generasi maju. Yaitu generasi yang mampu mencapai apa yang menjadi cita-citanya di masa depan.
Yuk, dukung selalu dengan memberikan nutrisi yang terbaik, termasuk susu pertumbuhan yang dapat mentimulasi potensi prestasinya untuk berkembang.
Happy parenting! 🙂
Memang seru dan mengasyikan masa-masa kecil dulu ya mba dan Kalau aku dulu seringnya bermain berjualan jamu dan sekarang pun tetap kalau lagi iseng maen jualan ama anak,hihihi…
Iya, mba..jadi bakul jamu seru yaa.. 🙂
Aih sama mbak saya juga suka dagang-dagangan gitu saat kecil berang teman-teman. Saya suka jualan bakso. Mie nya dibuat dari daun yang dilipat lipat lalu diiris tipis. Baksonya dibuat dari semacam sukro yang dijual di warung Rp.25 rupiah per bungkus.
Ah kenangan indah pokoknya ya …
Banget. Kenangan yang sangat indah dan menyenangkan.. 🙂
Wah maen pasaran seru ya…dulu waktu kecil saya juga suka main pasaran tapi rame dengan beberapa teman JD kayak d pasar beneran .semoga terwujud y cantik cita citanya
Wuah..seru banget yaa.. 🙂
Anak-anak juga di rumah suka main pasar-pasaran sama sepupu-sepupunya, biasanya mereka pura-pura punya resto gitu, dan dan menyajikan makanan imajiner kayak pizza, burger, emaknya dipaksa makan dan beli hehe
Haha..seru and menyenangkan ya mba.. 🙂