Benarkah Pariwisata Di Gunungkidul Dapat Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Pedesaan?

Tahun 1997, adalah tahun pertama kali saya mengunjungi Gunungkidul bersama seseorang di masa lalu. Saat itu, jalan menuju ke arah pantai masih tampak begitu sederhana. Pepohonan tampak kering tinggal ranting, tanah kering warna coklat tampak terbelah. Kesan tandus begitu terasa saat itu. Konon, mencari air bersih pun penuh perjuangan karena kekeringan melanda. Kala itu, berita yang beredar tentang Gunungkidul adalah terkenal dengan julukan : daerah tertinggal, daerah kekeringan, daerah dimana tingkat pernikahan dini tinggi, banyak yang bunuh diri, dan perceraian tergolong tinggi.

Namun, disisi lain, kondisi geografis Gunungkidul yang berupa pegunungan nan tandus berkapur, ternyata mampu membentuk insan nan tangguh di tempat perantauan. Ya, tak sedikit orang asli Gunungkidul yang menorehkan suksesnya di daerah lain termasuk ibukota. Mereka terbiasa pulang membawa cerita sukses. Semua itu tak lepas dari kerja keras mereka saat berada di Gunungkidul yang medannya tergolong berat.

Tak disangka tak dinyana, tahun 2009 saya dan suami memutuskan untuk buka usaha di Gunungkidul. Keputusan ini secara otomatis membuat kami harus tinggal dan mengubah KTP kami menjadi domisili Gunungkidul. Ya, jika banyak orang dari Gunungkidul merantau ke kota, saya dan suami kebalikannya. Kami yang asli Jogja dekat daerah Ambarukmo, merantau ke Gunungkidul. Kami mengadu nasib, membabat alas dan nekad untuk buka usaha disini.

Saya jadi tahu kondisi Gunungkidul dari waktu ke waktu. Saat saya datang di tahun 2009, kondisinya tak lagi tandus seperti saat saya pertama kali datang di tahun 1997. Pepohonan mulai menghijau di daerah dekat pantai. Cerita tentang air yang susah didapat pun lambat laun mulai berkurang. PDAM masuk, sumur bor pun sudah banyak yang membuat di daerah tempat kami tinggal.

Para Emak Blogger yang hadir sebagai tamu undangan VIP di acara Dialog Nasional Indonesia Maju

Bicara tentang pantai di Gunungkidul, jaman dahulu kala hanya ada 3 pantai yang dikenal yaitu Baron, Kukup dan Krakal. Lalu mulai ada Sundak. Lalu Indrayanti. Kemudian banyak pantai baru bermunculan. Drini, Sepanjang, Siung, Watu Kodok, Pok Tunggal, Sadranan, Ngobaran, Ngrenehan, Nglulur dan entah berapa pantai lagi yang tak dapat disebutkan satu persatu. Perkembangannya pesat. Pantai di Gunungkidul pun tak kalah elok dengan pantai di Bali. Pasir putih, karang dan alami.

Lalu muncul wisata Goa. Ada goa Pindul, Goa Tanding, Kali Suci, Goa Sriti dan lain-lain. Semua wisata goa itu menarik para wisatawan dari luar daerah Gunungkidul.

Wisata Gunungkidul yang lain yang tak kalah menarik saat ini adalah dibangunnya embung. Embung Nglanggeran contohnya. Embung ini adalah embung yang pertama kali saya kenal. Mampu membuat saya takjub akan keindahannya. Tak heran, desa wisata Nglanggeran diyatakan sebagai desa wisata yang sukses.

Wisata di Gunungkidul semakin booming saat ditemukan adanya taman bunga Amarylis yang instagramable. Lalu menyusul taman bunga Matahari belum lama ini. Ya, keberadaan social media saat ini membuat segala info tentang wisata menjadi cepat tersebar. Hal ini jelas menguntungkan, karena Gunungkidul yang dulu dianggap sebelah mata, sekarang sektor wisatanya menjadi potensi yang tak dapat diremehkan.

Gunungkidul, kini menjadi bagian geopark dunia. Sesuai dengan misi pemerintah di era Bapak Jokowi, sektor pariwisata dan pembangunan desa adalah sektor yang banyak dibiayai bila dibandingkan dengan pembangunan kota. Diperkirakan di tahun 2019 kontribusi ekonomi dari sektor pariwisata akan mengalahkan sektor Migas dan sektor berbasis Sumber Daya Alam untuk pertama kalinya.

Itulah kenapa dana pembangunan desa semakin ditingkatkan dari tahun ke tahun. Keberpihakan pemerintah pada sektor pariwisata desa ditunjukkan dengan data bahwa di tahun 2018, dana desa rata-rata mencapai 800 juta per tahun. Termasuk Gunungkidul, dana desa itu sangat bermanfaat bagi kemajuan perekonomian dan menurunkan angka kemiskinan di Gunungkidul. Tercatat, angka kemiskinan di desa mulai menurun.

Dengan adanya peningkatan sektor pariwisata, diharapkan terjadi pula peningkatan perekonomian masyarakat. Jika perekonomian masyarakat meningkat, maka angka kemiskinan dapat ditekan bahkan dapat dikurangi.

Sektor pariwisata saat ini dan di masa mendatang menjadi andalan ekonomi Indonesia. Indonesia termasuk negara yang mengalami peningkatan ekonomi 5%Β  dari 7 negara di dunia, disaat negara lainnya sedang mengalami krisis. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Jokowi mampu meninggalkan ketergantungan ekonomi dari SDA denganΒ  membangun potensi ekonomi yang berbasis pariwisata dan ekonomi pedesaan.

Daerah yang berpotensi pariwisata akan semakin dikembangkan. Di daerah Jogja, akan dibangun 7 pasar digital, 3 diantaranya berada di daerah Gunungkidul. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata di Gunungkidul mempunyai masa depan yang cerah.

Dialog Nasional Indonesia Maju

Bapak Menteri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi, Bapak Menteri Pariwisata RI, Ibu Bupati Gunungkidul dan Bapak Wakil Bupati Gunungkidul beserta jajarannya

Bicara tentang pariwisata dan desa tertinggal, saya beruntung karena diundang dan dapat menghadiri event sangat membanggakan tanggal 3o Juli 2018Β  yang lalu di Gedung Olahraga Siyono, Gunungkidul. Acara yang bertajuk Dialog Nasional Indonesia Maju itu dihadiri oleh Bapak Menteri Pariwisata Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI, Eko Putro Sandjaja, BSEE, MBA, Bupati Gunungkidul Ibu H. Badingah, S.Sos dan Wakil Bupati Gunungkidul Bapak Immawan Wahyudi.

Acara yang dibuka dengan penampilan Campur Sari ini menghadirkan pula Mas Didi Kempot, penyanyi campur sari yang sudah tidak asing lagi namanya. Dalam kesempatan ini pula, mas Didi Kempot tampil sebagai moderator Bapak Menteri dalam dialog nasional tersebut.

Dialog yang dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat Gunung Kidul tersebut berlangsung cukup seru. Dialog yang berlangsung cukup seru karena terjadi komunikasi dua arah dan ada tanya jawab. Pak Menteri bertanya, bagi yang dapat menjawab ada hadiah uang tunai yang cukup lumayan hingga 1 juta rupiah. Demikian pula perwakilan masyarakat yang bertanya dan pertanyaannya dianggap bagus pun mendapat hadiah.

Acara yang berlangsung dari pukul 8 pagi hingga jam 11 siang tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa daerah Gunungkidul, meskipun minim Sumber Daya Alam, namun bisa bangkit perekonomiannya dalam sektor pariwisata dan pedesaan.

Berfoto bersama Bupati Gunungkidul Ibu Badingah dan Wakil Bupati Gunungkidul Bapak Immawan Wahyudi
Share

Author: Juliastri Sn

Mom of two. Lifestyle Blogger. Entrepeneur.

29 thoughts on “Benarkah Pariwisata Di Gunungkidul Dapat Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Pedesaan?”

  1. Setuju bgt sih klo sektor pariwisata ini ditingkatkan. Percaya bgt saya dengan pengembangan struktur ini, ekonomi daerah dan indonesia bisa maju dan meningkat.

  2. Aku dah lama bgt ngga dtg ke daerah Gunung Kidul. Ada bbrp kerabat tinggal disana. Yg ada dlm benakku, wilayah ini tuh panas bgt klo siang dan di tempat kerabatku, susah air.

  3. Di gunung kidul ini banyak juga ya mbak tempat wisatanya. Aku.pengen banget deh kesini. Pernah dibawain buah srikaya dari sini. Enak banget dan katanya banyak yg jual ya.

  4. Salah satu wisata Gunung Kidul yang pernah saya datangi adalah Cave Tubing, seru banget, dan teman saya pun berasal dari sana, dan seorang perantau yang tangguh

  5. Kenapa nggak bisa kalau menurut aku. Tiap daerah mempunyai keunikan sendiri dengan wilayahnya dan keunikan makanan dan wisatanya. Gunung kidul di kenal dengan Tiwulnya bukan ya mba?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *