Siapapun tak akan pernah suka jika dibanding-bandingkan dengan orang lain
Setiap anak adalah istimewa. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kadang sebagai orangtua, saya merenung kenapa anak saya tidak seberani anak lain? Kenapa anak saya harus didorong, dibesarkan hatinya saat ia akan melakukan sesuatu? Apa yang salah? Bagaimana seharusnya saya dan suami mencari cara supaya ia berani, minimal tidak malu dan takut untuk maju di depan orang banyak tanpa disuruh dengan semangat 45?
Yup, membangun rasa percaya diri pada anak itu tidak mudah. Saya sendiri mengakui, rasa percaya diri saya tumbuh belum lama. Semasa remaja saya pernah menjadi anak yang minder, tidak percaya diri dan takut untuk melakukan segala sesuatu. Saya tidak berani memutuskan untuk diri saya sendiri hanya karena takut salah. Saya tidak berani berkata tidak, akibatnya orang lain menjadi kendali dalam diri saya. Apa-apa kata orang, bukan kata saya. Saya mengalami krisis pada diri sendiri waktu itu.
Pengalaman tersebut mengajarkan kepada saya supaya anak saya jangan sampai mengalami seperti apa yang saya alami saat masih kecil. Rasanya sungguh tidak enak. Tidak ada kemerdekaan dalam diri sendiri. Berdasarkan pengalaman tidak enak yang pernah saya alami, maka saya dapat mengambil kesimpulan beberapa hal yang dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak adalah :
- Jangan Mengerdilkan
Saya menghindari kata-kata “tidak bisa” pada anak. Apapun itu, jiwa optimis harus ditanamkan pada anak. “Ayo, kamu bisa, Nak. Terus dicoba, jangan menyerah..”
Maka anak akan termotivasi untuk terus mencoba dan mencoba sampai bisa. Lain halnya jika saya berkata,”Ah, kamu itu bisanya apa sih. Nggak usah macam-macam. Belajar saja di rumah!”
Pengkerdilan semacam itu akan membuat anak takut untuk berbuat sesuatu, merasa dirinya tidak bisa dan akan menjadi lemah dalam berkreativitas. Tentu kita tidak menginginkan hal itu terjadi kan?
- Puji dan Beri Apresiasi
Sekecil apapun prestasi anak, wajib diberi apresiasi. Tak harus berupa piala atau hadiah berupa materi. Acungan jempol dan kata hebat mampu menjadi penyemangat ampuh supaya anak selalu berbuat kebaikan seperti yang kita harapkan. Dan itu akan terus dilakukan berulang-ulang karena ia akan merasa dihargai dan yang dilakukan adalah hal yang baik dan benar.
- Beri Tugas dan Tanggung Jawab
Biasakan anak mengerjakan tugasnya sendiri. Biarkan ia menemukan masalah, mencoba menyelesaikannya sendiri. Ketika ia menyerah dan memerlukan bantuan Anda sebagai orangtuanya, bantu namun jangan sampai selesai. Biar anak yang menyelesaikannya. Maka ia akan merasa dirinya sangat berguna sehingga ia akan percaya akan kemampuan dirinya sendiri.
Seperti anak wedok saya. Saat ia malas membereskan mainannya, saya akan membantunya sehingga ia semangat kembali membereskannya. Setelah itu, di lain hari ia mau membereskan mainannya sendiri tanpa mau dibantu.
- Jangan Membanding-bandingkan
Sebagai orangtua, kadang tanpa disadari ada jiwa kompetisi dengan orangtua lain. Masing-masing membanggakan kelebihan anaknya. Anakku sudah pintar main balet sejak umur 2 tahun. Anakku pintar main piano sejak usia 1 tahun. Dan bla..bla..bla..Kalau sudah begitu kadang kita lalu membandingkan. Kenapa anakku tidak sehebat itu? Kenapa anakku biasa saja? Apa yang salah?
Lalu kita menuntut anak supaya serba bisa. Seperti A itu lho, sudah pintar membaca, kamu kok belum? Percayalah, hati anak pun akan terluka jika dirinya dibanding-bandingkan. Ia akan merasa tidak mampu dan itu akan berpengaruh pada rasa percaya dirinya.
Nah, Bunda. Yuk, bangun rasa percaya diri pada anak sewajarnya saja sesuai dengan usia tumbuh kembangnya. Tak perlu buru-buru. Memangnya kita akan kemana sih? Beri saja asupan nutrisi yang terbaik, perhatikan menu gizi seimbangnya, lalu stimulasi segala potensi prestasinya tanpa harus merasa iri hati akan perkembangan anak orang lain yang sepertinya terlihat lebih hebat. Padahal pertumbuhan dan perkembangan anak berbeda-beda, tidak ada yang sama satu sama lain. Fokus saja pada perkembangan anak kita dan sharing tentang kebaikan dengan orangtua lain demi kemajuan bersama.
Happy parenting! 🙂