Selalu Bahagia Di #UsiaCantik

usia cantik

Banyak yang bilang, usia belasan adalah masa remaja yang tak terlupakan, mudah labil, proses mencari jati diri dan masih meraba-raba tentang masa depan.

Memasuki usia duapuluhan hingga tigapuluhan adalah masa produktif mengejar passion dan  biasanya sudah mulai menemukan jati diri.

Saat usia 35-45 tahun, khususnya bagi wanita adalah usia cantik.

Usia yang penuh pesona akan segala karya yang dihasilkan dan ada aura kedewasaan yang tidak mudah goyah lagi. Di usia ini, idealnya sudah menemukan segala hal yang dicita-citakan.

Saya akan memulai cerita saya tentang usia cantik ini. Di  usia  38 tahun sekarang, saya bersyukur sudah memiliki segala yang saya cita-citakan. Punya suami yang baik, menjalani usaha bersama suami, menjadi stay at home mama, menjalankan hobby yang menghasilkan sesuai passion dan dikaruniai Tuhan sepasang anak laki-laki dan perempuan. What a wonderful life!

Namun, tak selamanya manis kehidupan saya rasakan.   Ada asam, asin, dan pahit yang juga sudah saya rasakan. Semuanya memperkuat indra pengecap saya. Tak ada yang salah dengan semua rasa itu. Karena dengan keberadaan semua rasa itu, indra pengecap saya menjadi kaya. Saya  bisa memilih rasa mana yang paling disuka sesuai dengan selera.

Belajar Dari Masa Pahit

Menjelang usia 35 tahun, saya mengalami peristiwa yang tak terbayangkan sebelumnya. Momen ini membuat kepedihan bagi saya, suami dan anak pertama saya. Bagaimana tidak, saya dan suami sudah berencana untuk memberi sang kakak seorang adik di 6 tahun usianya. Kenapa cukup jauh jaraknya? Tentu  karena beberapa alasan, kami sepakat untuk tidak memberi adik dengan usia kelahiran yang cukup dekat. Selain karena repot, kondisi ekonomi bisa dibilang belum stabil. Karena sejak sang kakak berusia 2 tahun, saya dan suami bertekad resign dari pekerjaan kami masing-masing untuk membuka usaha bersama. Berjuang bersama. Mulai dari nol. Sebuah keputusan besar yang tak mudah kami jalani awalnya.  Kami berusaha untuk fokus dengan usaha yang kami rintis sehingga belum memikirkan untuk mempunyai adik bayi lagi.

Saya baru menyadari ketika  usia saya sudah menginjak 34 tahun, ini saatnya untuk memberi adik  tanpa alasan lagi. Kapan lagi? Tahun depan sudah 35 tahun, usia rawan untuk kehamilan. Yang katanya kehamilan diatas usia 35 tahun memiliki resiko akan adanya kelainan kromosom, gangguan  pre-eklampsia, kelainan pada janin, hingga keguguran yang tentunya sangat menyedihkan.

Maka kami bersyukur ketika Tuhan mengijinkan saya hamil lagi di usia 34 tahun. Namun kebahagiaan itu hanya sekejap karena di usia kehamilan 10 minggu, saya mengalami keguguran. Kehamilan saya memang cukup sulit. Saat saya hamil sang kakak, saya mengalami flek saat masih trimester pertama. Hal itu berulang di kehamilan kedua, saya mengalami flek, hingga pendarahan hebat yang berakhir keguguran. Saya harus menjalani kuretase.  Meskipun rasanya pedih dan kecewa, namun saya harus bisa menerima kenyataan, ikhlas dan tabah. Saya yakin,  Tuhan pasti punya rencana indah dibalik  peristiwa ini.

Selang 6 bulan kemudian, saya dan suami berusaha untuk mendapatkan keturunan lagi.  Tuhan mendengar doa kami dan mengabulkannya.  Sebulan menjelang ulang  tahun saya yang ke-35 tahun, saya hamil lagi paska keguguran. Saya sangat senang dan berusaha lebih prepare karena tak ingin keguguran lagi. Saya lebih cepat periksa ke dokter kandungan begitu tahu saya positif dengan test pack. Dan saya bisa cepat mencari solusi ketika saya mengalami flek lagi di trimester pertama. Seperti kehamilan sebelumnya, dokter memberi obat penguat kandungan begitu saya mengalami flek.  Saya juga inisiatif untuk bedrest selama 3 bulan. Untung suami saya mengerti dan mendukung keputusan saya untuk bedrest. Selama saya bedrest, segala pekerjaan rumah termasuk antar jemput kakak, suami yang mengerjakan di sela-sela kesibukan menjalankan usaha kami. Kebetulan pula, kami bekerja dari  rumah. Saya bersyukur memiliki suami yang sangat baik dan pengertian.

Selama bedrest, saya lebih banyak menghabiskan kegiatan di tempat tidur. Saya mengurangi banyak gerak karena flek itu masih sering terjadi. Saya cukup was-was dan berdoa mohon kiranya kehamilan saya kali ini berhasil karena saya amat menginginkannya.

Saya sangat bersyukur ketika usaha bedrest saya berbuah manis. Saya bisa melahirkan menjelang usia 36 tahun. Sama seperti kehamilan pertama, saya melahirkan telat seminggu dari hpl. Jika kehamilan pertama saya menjalani proses induksi dan akhirnya bisa melahirkan secara normal, di kehamilan anak kedua ini saya harus menjalani Caesar. Janin dalam kandungan saya kurang responsive saat menjalani rekam jantung  sebagai syarat sebelum menjalani proses  induksi. Maka dokter tidak berani proses induksi dan memutuskankan untuk meakukan operasi Caesar untuk mengurangi resiko pada bayi. Maka saya pasrah ketika perut saya harus dibedah sebagai jalan keluar si Kecil di ruang operasi yang sangat dingin.

Begitu puteri kedua kami lahir, segala sakit yang saya rasakan pasca operasi Caesar belumlah seberapa dengan rasa bahagia yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Saya seperti naik roller coaster yang begitu cepat mengombang-ambingkan perasaan saya dari sedih menjadi terlampau bahagia. Lengkap sudah 2 anak putra dan putri yang dianugerahkan Tuhan kepada keluarga kami. Saya merasa begitu sangat dicintai Tuhan karena kepercayaan-Nya menitipkan dua makhluk manis dan lucu kepada kami. Melalui mereka, saya bisa belajar banyak hal.

Menata Masa depan Dengan Segudang Cita-Cita

Tanggung jawab yang saya jalani sekarang ini bukanlah beban.  Saya berusaha menyeimbangkan segala peran yang saya sandang sebagai seorang ibu, istri, blogger dan entrepreneur bersama suami, walaupun tidak mudah.  Job description saya begitu random. Tanpa ART di rumah, saya harus bisa mengerjakan hampir semua pekerjaan rumah di sela-sela kesibukan mengasuh anak, membantu suami di toko dan mengerjakan job sebagai blogger. Ada masa dimana saya begitu sibuk luar biasa, jumpalitan sana sini dan berkejaran dengan waktu yang entah rasanya 24 jam sehari itu sangatlah jauh dari kata cukup.

Saat saya sudah berusaha mengatur jadwal sedemikian rupa, ternyata si kecil rewel hingga tantrum yang jelas menyita segala kesibukan. Saya harus mengatur ulang skala prioritas. Saat prioritas saya adalah mengasuh anak, maka urusan yang lain menjadi nomor dua. Ketika toko ramai dan suami butuh bantuan, maka si kecil tak segan saya ajak ke toko dan saya melayani pembeli dengan menggendong si kecil.  Kurang professional? Tell me what will you do if there is no one person can be your housemaid? The answer is just do it what you can do!

Ya, hanya ini yang bisa saya lakukan sekarang. Apa yang bisa dikerjakan kerjakanlah. Yup, adalah kebetulan jika saya bisa menemukan jalan menjadi blogger  yang   bisa menghasilkan dari rumah.  Ketika harus mencuri waktu untuk berkarya di sela-sela jam  tidur anak di malam hari, hingga mata menghitam demi menulis beberapa artikel pesanan atau sekedar update blog, ya itulah pengorbanan yang harus saya lakukan. No wonder. Semua sudah berjalan sesuai dengan rencana. Tak perlu mengeluh, tak perlu menangisi nasib. Bersyukurlah ketika jutaan orang di luar sana yang menginginkan bisa bekerja dari rumah. Bayangkan berapa waktu mereka yang tersita di jalan, stress dalam kemacetan sedangkan rasa ingin memeluk buah hati sepanjang hari adalah impian yang mustahil bagi mereka. Bersyukurlah saya yang bisa melihat buah hati setiap hari sekalipun kadang dibuat kesal dengan tingkahnya yang di luar kendali.

Life is wang sinawang..

Kita selalu melihat rumput tetangga selalu lebih  hijau. padahal sebenarnya, belum tentu kehidupan orang lain jauh lebih bahagia hanya dengan melihat tampilan dari luar. Syukurilah segala hidup kita. Belajar untuk selalu merasa cukup meskipun sebenarnya kurang. Cukup dan bersyukur. Maka akan banyak kejutan yang datang jauh dari yang kita perkirakan. Itulah keyakinan. Saya meyakini, ketika saya berkarya dengan hati tanpa banyak tuntutan atau keluhan, segala keajaiban datang begitu saja tanpa saya meminta. Itu yang kadang membuat saya takjub dan heran. Tuhan  suka bercanda dalam memberi saya reward. Sungguh saya sangat bahagia.

Di usia cantik ini saya merasa lebih matang dalam pemikiran, sedikit wise dan lebih berhati-hati dalam segala hal. Saya ingin menghasilkan karya yang bermanfaat, bisa menginspirasi bagi banyak orang sekalipun hanya dengan tulisan yang saya tulis di blog saya. Kalau dulu waktu masih muda saya suka ragu dalam memutuskan sesuatu, minder dan kurang fokus dalam mengerjakan sesuatu, sekarang saya bisa bersikap sebaliknya. Pengalaman pahit banyak mengajarkan kepada saya tentang banyak hal.

Tetap Cantik di Usia Cantik

Apakah saya merasa cantik? Kalau pertanyaan itu dilontarkan 20 tahun yang lalu, saya akan menjawab bahwa wajah saya jelek. Kala itu ukuran cantik menurut saya adalah tampilan fisik saja. Wajah halus putih mulus dan cantik bak bidadari. Saya lupa bahwa menjaga hati jauh dari iri dengki adalah rahasia kecantikan yang sesungguhnya.

Lambat laun, saya mulai tahu bahwa cantik itu ketika saya merasa percaya diri dan bisa menghargai dengan baik bagaimana pun kondisi fisik saya. Rasa bersyukur kepada sang Pencipta adalah kecantikan yang sesungguhnya. Saya harus bisa merawat segala yang telah dianugerahkan-Nya.

Walau tak dapat dipungkiri, di usia cantik ini, kondisi fisik saya sudah mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Kulit saya tak lagi seelastis gadis remaja usia 20 tahunan. Sudah layak dan sepantasnya bagi saya untuk merawat dari segala kerut dan garis wajah yang menua. Memang, saya tak bisa menghindari usia yang selalu bergerak maju, namun saya bisa melakukan upaya supaya penuaan tidak terjadi secara dini. Biarkan hal itu terjadi secara alami.

Saya tidak takut menua, menjadi keriput dan jelek. Semua adalah proses yang harus dijalani. Saya harus bisa menjaga bagaimana supaya tampak lebih muda dari usia yang sesungguhnya. Bukan sebaliknya. Tampak lebih tua dari usia yang sesungguhnya.

Maka usia boleh tua, tapi jiwa harus selalu muda. Caranya dengan selalu berpikir positif, memilih untuk bahagia, menjalankan hobby sesuai passion, berolahraga rutin dan memilih anti aging yang tepat.

 “Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

usia cantik
Bersama keluarga tercinta 🙂
Share

Author: Juliastri Sn

Mom of two. Lifestyle Blogger. Entrepeneur.

55 thoughts on “Selalu Bahagia Di #UsiaCantik”

  1. wah mantep bun.
    jadi seorang ibu untuk saya tidaklah mungkin, karena saya cowok hehehe.
    tapi memang sih kalau figur terbaik yang selalu siap tempur di keluarga saya adalah ibu.
    terima kasih bun untuk artikelnya.
    oh iya kalau kebetulan cari tips fotografi mampir dong ke blog saya hehehe.
    yuk mariii

  2. Bagi sebagian orang, katanya melahirkan diusia cantik itu rentan. Tapi tidak bagi saya dan pada umumnya wanita di pedesaan tempat saya tinggal.

    Tetap semangat Mbak Juli. Sehat selalu bersama keluarga tercinta dan tetap cantik ya

  3. mak saya punya temen jg yg kandungan lemah..dia tiap x hamil tu dikamar terus saking ingin mempertahankan janinnya. Sempat keguguran 3x krn nekat beraktifitas..

    Salut buat ibu seperti mak juli dan tmn sy itu. Insya Allah anak2 yang belum sempat ditimang tersebut nantinya malah yg akan menjemput kita utk ke surga bareng2 mak. Dia g mau masuk sendirian tanpa ibunya 🙂

  4. ah, kamu mah mukanya masih kliatan muda banget mbak ;).. suka aku ngeliatnya… semuanya memang terpancar krn srg bersyukur yaaa… aku pernah baca, ga peduli semahal apapun skincare yg dia pake, tp kalo memang hatinya ga pernah bersyukur, slalu iri dengki, ga bakal kecantikan bakal terpancar… percuma aja skin care mahal2nya itu.. 🙂

  5. Seperti lirik lagu Five for fighting, usia 30 adalah usia yang matang namun tanpa memandang usia, kita masih merasakan jiwa sebagai seorang anak kecil sekaligus memikirkan kehidupan keluarga. Salut untuk ibu satu ini meski usia sudah 34 tidak menyerah untuk menambah momongan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *