Yuk, Lindungi Anak Kita Dari Pornografi Dengan Sensor Mandiri!

Arti pornografi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah 1 penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; 2 bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.

Pornografi bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Dari jaman saya masih kecil pornografi itu sudah ada. Tidak perlu jauh-jauh, pornografi bisa terjadi dekat di sekitar kita. Melalui media elektronik seperti televisi yang menayangkan iklan, atau film yang ditayangkan di bioskop dan televisi, pornografi bisa lolos tayang ketika badan sensor lalai.

Akibat dari seringnya melihat tayangan pornografi tanpa filter, seseorang bisa melakukan pornoaksi yang jelas merugikan orang lain. Saya masih ingat kejadian, saat saya masih duduk di bangku SD, saya berjalan sendirian sepulang sekolah. Saya sengaja berpencar dengan teman saya karena mencari jalan pendek supaya sampai di rumah lebih cepat. Yup, saya berjalan kaki menelusuri jalan setapak yang kanan kirinya adalah kebun tebu.

Baca : Senioritas, Boleh Memukul Yunior?

Saya terbiasa melewati jalanan sepi ini. Selama ini sih aman-aman saja tidak ada kejadian yang mengkhawatirkan. Tapi apes saat itu. Ketika saya berjalan, tak disangka tak dinyana ada seorang lelaki yang keluar tiba-tiba dari kebun tebu. Lelaki itu bertepuk tangan supaya saya melihat ke arahnya. Refleks saya menoleh dan saya terperanjat ketika  lelaki itu tiba-tiba memperlihatkan (maaf) kemaluannya. Saya deg-degan luar biasa dan alarm tubuh saya mengatakan saya berada di posisi yang berbahaya. Secepat kilat saya berlari menjauhi laki-laki itu. Saya tidak ingin sesuatu terjadi menimpa saya. Untunglah, lelaki itu tidak berhasil mengejar saya. Huft..benar-benar mencekam.

Perbuatan lelaki itu bisa masuk kategori melakukan tindak pornoaksi yang mengarah ke pelecehan seksual kepada saya. Apapun alasan yang melatarbelakanginya. Bisa jadi lelaki itu pengidap kelainan seksual yang senang mempertontonkan kemaluannya demi mendapatkan kepuasan yang diinginkannya (ekshibisionis) atau dia memang seorang pedofilia yang suka melampiaskan hasrat seksualnya dengan anak-anak, mengingat waktu itu saya masih berseragam SD. Perbuatannya jelas meresahkan dan bisa berdampak negatif bagi yang menjadi korban.

Saat itu saya masih kelas 5 SD. Saya rentan mengalami trauma jika mengingat hal itu. Dan parahnya, saya tidak hanya mengalami kejadian itu sekali. Saya mengalami kejadian seperti itu lagi  beberapa tahun kemudian dengan pelaku yang berbeda. Dan tempat yang dilakukan tidak hanya di jalan setapak yang sepi, tapi di keramaian seperti di dalam  transportasi publik yaitu bus kota. Karena kejadiannya di tempat umum, saya lebih tenang menghadapinya karena jika kita kelihatan takut, si pelaku semakin senang.

Bisa jadi, perbuatan pornoaksi ini akibat dari pelaku sering menonton tayangan berbau pornografi dan sering diolok-olok sehingga terjadi kelainan seksual.

Tugas Orangtua di era Digital

Di era sekarang, seiring perkembangan digital, siapa saja bisa mengakses segala sesuatu yang berbau pornografi. Termasuk anak-anak meski tanpa sengaja. Bayangkan jika itu terjadi pada anak-anak kita. Bagaimana tindakan kita ? Maraknya pornografi yang meluas tentu membawa dampak negatif. Salah satu dampak negatif dari pornografi adalah maraknya pemerkosaan. Salah siapa? Kita semua!

Baca : Mama Lucu Tapi Galak, Mirip Beruang!

Kita turut bersalah ketika anak kita tanpa sengaja melihat konten dewasa di handphone kita. Salah satunya dengan melihat gambar, meme, video berbau dewasa yang lupa belum kita hapus dari grup teman sekolah dan lain sebagainya. Tanpa kita sadari, orangtua bisa menjadi sumber anak melihat pornografi. Anak akan merekam dalam ingatan tentang pornografi yang pertama kali dilihatnya. Ingatan itu akan terus bertambah dengan gencarnya media sosial saat ini. Rasa penasaran akan membuat anak semakin mencari konten-konten yang lain dari internet, social media, majalah, buku, video dan terutama film.

Menjadi berbahaya ketika anak mulai mencari tanpa pendampingan orangtua yang terarah. Tanpa landasan dasar iman yang kuat. Semua sumber informasi yang didapat langsung diterima begitu saja tanpa filter yang kuat.

Adalah kewajiban orangtua yang menjadi badan sensor pertama. Karena semua berawal dari rumah. Orangtua harus cermat menyimpan berbagai sumber konten dewasa baik itu berupa majalah, buku, video atau film dari jangkauan anak. Lakukan sensor mandiri sedini mungkin.

Segala hal berbau pornografi di handphone pun sebaiknya dihapus saja atau jika memungkinkan beri password sehingga mencegah anak melihat konten dewasa dari handphone orangtua tanpa sengaja.

Saat anak mulai bisa berselancar di dunia maya pun sebaiknya orangtua harus selalu mendampingi. Perlu dipasang aplikasi yang bisa memproteksi dari segala hal pornografi. Sehingga tak ada kesempatan kepada anak untuk mengakses konten dewasa sebelum umurnya cukup dewasa.

Kita tahu, dampak dari pornografi ini luas sekali. Mulai dari kecanduan seks dengan melakukan masturbasi hingga melakukan pemerkosaan. Konon, seseorang yang mencandu seks lebih berbahaya dari pecandu narkoba. Mungkin karena seks menjadi prioritas, maka segala cara akan dihalalkan tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain. Perilaku yang menyimpang tentu bisa merugikan orang lain.

Bicara tentang film, batasan umur penonton tetap harus diperhatikan. Film untuk segala umur tentu berbeda dengan film untuk 13,17 atau 21 tahun ke atas. Patuhi batasan itu. Jangan remehkan batasan usia ini. Pernah kan ya, kepikiran mau nonton film berdua sama suami di bioskop dan menganggap si Kecil yang masih 2 tahun tidak ada yang mengasuh lalu diajak masuk ke bioskop. Umur 2 tahun meskipun saat itu belum bereaksi langsung, namun ia akan merekam dalam memorinya hingga dewasa kelak. Tentu hal ini tidak bagus untuk perkembangannya. Ibaratnya, buah pisang belum waktunya matang dipaksa matang dengan karbit. Hasilnya tidak akan sesempurna dengan matang alami.

“Kerusakan otak karena ketagihan pornografi atau kecanduan seks lebih sulit disembuhkan dibandingkan kecanduan makan (kegemukan) dan obat-obatan”, begitu menurut dokter Donald Hilton Jr. MD ahli bedah saraf Methodist Speciality and transplant Hospital San Antonio, Amerika.

Jika kecanduan tersebut dibiarkan maka akan terjadi penyusutan otak sehingga lama-kelamaan kerusakannya akan permanen. Pengobatan terhadap kecanduan pornografi & seks juga lama. Membutuhkan waktu kira-kira 1,5 tahun untuk menyembuhkannya.

Mengerikan ya?

Efek kecanduan pornografi dan seks yang berbahaya, Hasil riset Victor B Cline (1986) di AS :

  • Addiction :
    Pikiran tidak tenang, konsentrasi dan fokus berkurang sehingga selalu ingin melihat materi materi pornografi atau melakukan hubungan seksual.
  • Escalation :
    Tidak mudah puas sehingga ada tuntutan untuk meningkatkan kadar materi pornografi yang dilihat dan ingin terus menerus melakukan hubungan seks.
  • Desensitization :
    Tidak peduli bahaya pornografi maupun hubungan seks (seperti PMS/penyakit menular seksual atau HIV/AIDS).
  • Act-out :
    Dari seringnya melihat pornografi maka pasti akan ada melampiaskan hasrat yang tak terkendali. Hal ini akan menjadi masalah besar dan sangat berbahaya apabila materi-materi pornografi tersebut dikonsumsi anak dan remaja, yang dapat memberi rangsangan kuat untuk melakukan hubungan seks, padahal mereka belum siap untuk itu.

Nah, setelah tahu dampak buruk pornografi bagi perkembangan anak-anak, mari kita saling bergandengan tangan membimbing anak-anak kita dari gempuran pornografi dengan landasan iman, pondasi kepribadian yang kokoh dan bekal pengetahuan yang cukup.

Yuk, mari kita peduli! 🙂

Share

Author: Juliastri Sn

Mom of two. Lifestyle Blogger. Entrepeneur.

30 thoughts on “Yuk, Lindungi Anak Kita Dari Pornografi Dengan Sensor Mandiri!”

  1. Habis baca wakil dekan unair yg sdh berkeluarga ditangkap krn pencabulan sesama jenis dibawah umur. Predator gak kenal tingkat pendidikan. Harus makin peduli.

  2. jd inget mau ngefilter youtub belum jadi2. anak jaman sekarang umur 2 taun aja udah gape main gadget ya. tp ya ituu jd serem juga. ekstra banget takut tanpa sengaja kebuka apa gitu.

  3. Serem mbaak yaa dampak pornografi hmmm apalagi sekarang teknologi uda maju banget jd org tua harus memberikan pengawasan dan pendampingan lebih ketat. .
    Tfs mbaak julii. Salam kenaal

  4. Membentengi dari dalam (dari anaknya sendiri) dan dari luar (lingkungan) sangat perlu ya Mak…semoga anak-anak kita selalu dalam lindunganNYA aamiin…

  5. Wah kejadian di kebun tebu itu juga pernah saya alami Mbak. Tapi kejadiannya justru di dekat kampus saya dulu. kalo gak salah perilaku menyimpang gitu namanya ekshibisionis. Amit-amit deh.

  6. Emang makin serem ya mba jaman sekarang. Takut banget aku ngebayangin bbrp tahun kedepan bakal kya apa. Semoga anak2 kita dijauhkan dari hal2 kaya gitu ya mba

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *