Serba Serbi Menyapih Anak. Yes! Akhirnya saya berhasil melakukan penyapihan kepada si Kecil. Setelah berbagai drama terjadi, berbagai cara tak mempan dan tetesan air mata tercurah. Iya lho, menyapih anak ternyata bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan effort dan kerjasama yang kompak dengan orang-orang terdekat agar dapat berhasil.
Jadi gini, si Kecil berusia 26 bulan. Dari sejak 24 bulan alias 2 tahun, saya sudah berusaha untuk menyapihnya. Namun, olala..ternyata menyapih tak semudah yang saya bayangkan. Butuh perjuangan extra sama seperti saat bisa memberi ASI sampai 2 tahun. Sungguh pengalaman sebagai seorang ibu yang tak akan terlupakan sepanjang hayat.
Pengalaman Menyapih Anak
Pengalaman waktu menyapih si Kakak, saya tidak mengalami kendala yang cukup berarti karena dari bayi sudah campur ASI dan susu formula. Maklum, anak laki-laki minumnya kuat. Selain itu saya masih bekerja dan belum paham cara pumping ASI. Jadi si Kakak minum susu formula saat saya tinggal bekerja. Sehingga saat usia si Kakak 20 bulan sudah bisa tersapih dengan lancar.
Berbeda dengan si Kecil, saya sudah tidak bekerja di luar dan full time di rumah. Kebiasaan ini membuat saya jadi bisa menyusui ASI sampai anak wedok berusia lebih dari 2 tahun. Terus terang, saya mengalami kesulitan saat waktunya harus menyapih. Saya mencari referensi dari mana saja. Berbagai saran dari yang sudah berpengalaman pun sudah saya coba.
Dari yang katanya memakai lipstik, plester, biji mahoni, daun pepaya namun semuanya tak berbuah hasil. Si Kecil tetap menangis mbeker-mbeker tak terkendali. Sampai ada yang menyarankan dibawa ke orangtua (orang pintar) supaya kepala anak saya disebul (ditiup) trus nanti nggak rewel, nggak mau nenen lagi. Wah, saran terakhir tidak saya lakukan.
Akhirnya kabar gembira itu tiba, terhitung sudah 5 hari ini, saya berhasil membuat si Kecil tidak nenen lagi. Tanpa drama yang mencengangkan. Tanpa tangis heboh yang berakhir tantrum. Semuanya terjadi begitu saja, alami dan bisa diterima kedua belah pihak. Bagaimana caranya ? Nanti deh saya kasih tahu.
Tapi baca kronologisnya dulu ya. Cerita-cerita tentang serba serbi menyapih anak saya yang zonk sebelumnya itu. Baru nanti lanjut cerita saya menghadapi duka PD yang membengkak pasca proses menyapih. Kalo soal duka saya, in the next posting tapinya. Ok, tanpa banyak kata, mari kita simak cerita saya tentang serba serbi menyapih anak. Jreng..jreng..
Serba Serbi Menyapih Anak dengan Berbagai Metode
1. Metode Plester Dalam Serba Serbi Menyapih Anak
Soal ini sudah saya ulas sedikit di tulisan saya. Jadi, sesuai saran seorang ibu, supaya payudara saya kelihatan sedang sakit, maka menutup bagian payudara dengan plester adalah saran yang masuk akal. Awalnya saya juga tertawa, lho kok plester. Lha wong bukan jari yang terluka kena pisau saat ngupas bawang.
Namun demi mengelabui si Kecil, cara ini saya lakukan. Awalnya, anak saya cukup histeris. Tak mengira nenen kesayangannya terluka. Terbayang sudah kesenangannya akan terganggu. Maka dia menangis sedih. Disodorkan payudara pun tak mau nenen. Berulangkali diselipkan kata sakit dalam tangisnya.
“Nenen mama sakit..nenen Mama sakit..”
Ah, saya pun ikut sedih karena terpaksa harus membohonginya.
Siang hari sampai menjelang malam terlalui tanpa nenen. Saya buatkan susu formula pun hanya diminum si Kecil sedikit. Tak pernah habis. Untung kakaknya siap sedia menjadi TPA bagi makanan atau minuman adiknya yang tersisa. Sayang kan daripada mubazir.
Si Kecil tak berani menyentuh nenen mamanya. Beberapa kali ia melihat untuk memastikan jika plester itu masih ada. Lalu meledaklah tangisnya di tengah malam buta. Mungkin saking hausnya, dia berusaha membuka nenen mamanya. Dan dia tetap nenen dengan lahap meskipun berkata, “Asin..asin..”
Ya sudah, saya yang dasarnya tak tega, menyatakan bahwa menyapih dengan metode plester gagal saya lakukan.
2. Serba Serbi Menyapih Anak dengan Metode Lipstik
Warna merah terang dari lipstik bisa memberi efek seperti darah. Bagi si Kecil, darah identik dengan luka dan sakit. Saya mencoret-coret area payudara saya dengan lipstik. Terbukti, si Kecil menjerit-jerit cukup histeris. Sementara waktu tak mau nenen. Tapi lagi-lagi di saat malam hari, langsung hajar bleh. Lupa sudah dengan “darah” dari lipstik itu.
“Ladhalah..”
Maka dengan ini saya skip metode lipstik untuk menyapih anak. Tidak cocok untuk anak saya yang sedang dalam proses saya sapih. Banyak dukanya daripada sukanya.
3. Serba Serbi Menyapih Anak dengan Metode Pahit
Saya mendapat masukan jika payudara diberi rasa pahit bisa memberi efek jera kepada si Kecil sehingga tidak mau nenen lagi. Sumber kepahitan itu bisa berasal dari brotowali, biji mahoni, daun pepaya, dan yang lainnya. Saya sudah mencoba dengan jamu pahit dari daun pepaya. Anak wedok cuma bilang pahit sebentar trus tetap saja nenen. Weh, nggak mempan euy..
Lalu berdasarkan rekomendasi dari mbak tukang sayur keliling, konon dirinya berhasil menyapih anak dengan mengolesi getah biji mahoni. Bahkan, saya dibawakan biji mahoninya. Memang sangat pahit, saudara-saudara. Tangan saya kena getahnya sedikit saja, pahitnya nggak hilang-hilang.
Ternyata, efeknya tetap sama seperti metode sebelumnya. Si Kecil tidak merasakan pahit berkelanjutan. Padahal saya sudah bilang, “Pahit, kan dek..”. Dia hanya mengangguk, dan melanjutkan kembali ritual nenennya.
“Huft..gagal maning..gagal maning”
Beberapa saat saya merasa bingung. Segala macam cara sudah saya lakukan. Semuanya tidak berhasil. Si Kecil malah semakin menjadi-jadi nenen tidak kenal waktu. Hm..saya harus ganti metode menyapih anak. Jika tidak, rencana saya menyapih tak akan berhasil selamanya. Ini saja sudah molor selama dua setengah bulan dari target umur 2 tahun.
4. Metode Komunikasi dalam Serba Serbi Menyapih Anak
Kali ini saya mencoba untuk mulai mengurangi frekuensi menyusui. Dari siang sampai malam saya sengaja tidak menyusui. Saya memberi si Kecil susu formula lebih sering dari biasanya meskipun sedikit-sedikit. Lalu saya mulai berbicara dari hati ke hati dengannya.
“Dek Rea mau tambah pinter kan, nggak usah nenen lagi ya..Nenen mama sakit, pahit, sudah nggak enak. Nenen ini cuma buat adik yang masih oek..oek..( bayi ). Mbak Andin ( tetangga ) aja sudah nggak nenen lho..Malu, kan kalau masih nenen”
Si Kecil hanya tertawa-tawa. Saya tetap waspada, jangan-jangan nanti malam akan menjadi malam panjang. Tentu karena tangisnya jika saya tidak menyusuinya. Susu formula saya minumkan pakai sedotan dari gelas. Lumayan banyak minumnya. Hampir habis. Lalu 2 jam kemudian saya beri minum susu lagi pakai gelas kecil.
Puji Tuhan habis. Lalu segelas lagi susu formula menjelang tidur. Dan olala..si Kecil sukses tidur pulas tanpa nenen. Sungguh suatu prestasi yang menggembirakan. Maka, program penyapihan ini berlanjut sampai keesokan harinya. Saya lebih memperhatikan makan dan minum susunya. Pokoknya, anak saya jangan sampai kelaparan hingga ingat nenen lagi.
Begitu kenyang kan jadi lupa nenen. Plus selalu saya beri pujian jika minum susunya habis sambil minta bantuan kakak dan papanya untuk mendukung program penyapihan anak ini. Wow..saya senang sekali, si Kecil jadi makan lebih banyak, minum susunya selalu habis. Hal yang dulu jarang terjadi saat masih minum ASI.
Menyapih Anak dengan Weaning with Love
Saya jadi punya kesimpulan, ketika si Kecil dilibatkan dalam komunikasi yang baik, sambil mengajaknya berpikir untung ruginya minum ASI di usia yang sudah 2 tahun ini ternyata disambut dengan baik. Toh, ini semua juga demi kebaikannya, supaya lebih mandiri. Maka mengkomunikasikan segala sesuatu dengan si Kecil itu sangat penting.
Berani jujur tanpa harus berbohong kepada si Kecil akan membuka pola pikirnya. Bahwa ada saat dimana menyusu itu baik, dan ada saat dimana proses itu harus berakhir di saat yang tepat. Anak usia 2 tahun ketika masih ingin menyusu, biasanya bukan karena kebutuhan minum ASI nya. Tapi lebih kepada ikatan batin atau bonding dengan ibunya.
Lebih tepatnya soal kepuasan, merasakan nyaman dan aman saat dalam buaian seorang ibu. Oleh karena itu setelah berhasil menyapih si Kecil, perlu dipikirkan cara bagaimana dapat memberi rasa aman, nyaman dan kehangatan tanpa dengan menyusui. Salah satunya dengan sering memberi pelukan kepada anak. Iya, seperti Teletubbies itu, berpelukan! 🙂
Hal ini termasuk kebiasaan, dimana peran ibu untuk mengambil keputusan sangat menentukan. Jika seorang ibu tidak tegas, tidak tega dan tidak konsisten, maka program penyapihan ini tak akan berhasil. Iya lho, ini terjadi ketika saya menyerah untuk menyusui kembali si Kecil. Peran ayah sebagai orangtua dan support system juga sangat penting.
Waktu itu si Kecil menangis tak terima akan keputusan weaning. Rasa tidak tega dan iba saya tentu akan semakin berlarut-larut. Mau sampai kapan tersapih, sebenarnya ya tergantung seorang ibu. Jadi ketika mental saya dan anak sudah sama-sama siap, dengan dukungan anggota keluarga yang lain, ternyata proses itu bisa berjalan lancar.
Dari berbagai metode yang ada, weaning with love atau menyapih anak dengan cinta tetaplah yang terbaik. Alasannya karena dapat melibatkan komunikasi kedua belah pihak. Seorang ibu memberikan pengertian demi kebaikan anak, dan anak belajar untuk dapat menerima kenyataan. Cara menyampaikannya pun penuh dengan kehati-hatian dan kasih sayang.
Serba Serbi Menyapih Anak dan Tips bagi Ibu
Nah, ini Tips bagi Ibu yang mau menyapih anak :
- Harus tega, meskipun anak menangis rewel
- Harus tegas pada tujuan awal menyapih
- Harus konsisten, meskipun anak merengek minta disusui
- Harus ingat tujuan baik menyapih demi kemandirian si Kecil
- Harus bisa membangun komunikasi yang baik dengan si Kecil
- Harus dalam keadaan mental yang sama-sama siap
Semoga cerita saya tentang serba serbi menyapih anak bisa bermanfaat ya. Terus semangat ya Mama, Bunda, Ibu, dan semua sebutan untuk wanita hebat. Kita semua tidak sendiri. Sharing is caring. Setiap ibu mempunyai ceritanya masing-masing yeng penuh dengan warna. Semua itu adalah anugerah yang harus senantiasa kita syukuri.
Happy parenting! 🙂
Hihihi lucu ya berbagai metode menyapih. Yang manjur ternyata jujur ke anak.
Saya masih setahun lagi nih tapi kepikiran gimana ya nanti. Biasanya yang bikin gagal malah karena emaknya ga tega >,<
Hehehe..iya, mak Helena, yang penting jujur dan terjalin komunikasi yang baik antara ibu dan anak..Dan satu lagi harus ditega-tegain.. 😀
wah berdasarkan pengalaman ya mbak. makasih tipsnya
Iya, mak Hastira..Pengalaman pribadi yang penuh drama. Makasih kembali, senang jika bermanfaat.. 😀
Bener bgt hrs ada dukungan dr keluarga mb juliastri..klo gak ibu gak akan tega liat anaknya kesiksa ngampet gak nenen..saya dl pake pahit2 mempannya hahahah..tp melewati jg pake lipstik gak mempan..pakai remason gak mempan xixixi..lucuu..makasih mb
wuahaha..sampe pake remason mba..Pasti ini pengalaman menyapih Merdu ya.. 😀
Aku metode plester malah kucoba terakhir kali dan itu yg berhasil. Dasarnya anak cowok memang suka nenen kali ya. Haha! Tapi aku setelah sapih nggak bengkak sama sekali. Memang aslinya ngemoebg aja ni bocah slama ini brati. Wkwk
Yuhuuu..pake plester ternyata mak Diba..Berarti si Kecil cuma suka dengan ritual nenennya ya meski ASI nya tinggal sedikit.. 😀
Duh sama banget ini balada menyapih bikin galau, hahaha. Selamat yaa sudah berhasil. Aku juga akhirnya berhasil nyapih setelah 2,5 tahun. :)) Dan rasanya tidur lebih berkualitaaass.. hahaha.
Hahaha..serasa bebas merdeka ya Mak Lisna..makasih juga ternyata ada temennya yang molor dari target 2 tahun menyapih 😀
Aqu pake plester mba yang berhasil kalau pake yg pahit tetap dihajar ahahha..seminggu pertama disapih kalau malem nangis2 tapi akhirnya uda ga setelah dia minta air putih saja hehehe..
memang seru dalam proses nyapih
Wah, ternyata metode plester bagi sebagian orang cukup efektif ya, mak Herva..Yes, suatu saat kita akan merindukan momen menyusui kembali 🙂
sy belom nikah tapi artikelnyaa sangat bermanfaat sekali 🙂
kunjungan pertama nih , silahkan berkunjung ke beranda rumahku : http://www.faridaryany.comfari
Senang jika bermanfaat mba Farida..Meluncur tkp 🙂
Selamat ya mak, akhirnya berhasil.. Yeaaayy..
Makasih Manda..Yeeaayyy.. 😀
Waah seru ya nyobain berbagai cara
Rey juga sempat tuh yang nangis gerung herung
Tapi 3 hari selesai drama dan dia sudah bisa bobo tanpa nenen.
Abis itu ternyata saya hamil Aisha #abaikan hahaha
Selalu ada cerita seru di balik menyapih ya mak Aya.. 😀
Fahmi putra kami tidak minum ASI, susu formula penggantinya, jadi saat menyapihnya, botolnya aja yang diumpetin, ganti pake gelas, udah, dengan sendirinya jadi terbiasa dan gak lagi nimum susu 🙂
Hehehe..pinter ya Fahmi, mak Okti..gak nyariin botolnya.. 😀
Waah samaa,jadi inget waktu menyapih jugaa, dan ga mempan dengn segala metode.
Sampe pake bratawali yg konon katanya pahiit banget teteep di emut
Ga tega sih, tapi bener kudu tega ya mak
Hehehe..iya, mak Nchie..level teganya harus dinaikin.. 😀
Hahaha… samaaa penuh drama.. kalo saya pake metode campuran, Mak 😀
Jadi nenennya saya kasih rasa pahit dari daun teh hijau, trus si kecil saya kasih pengertian juga. Tapi tetepppp nangisnya 3 malem kencenggg banget. Tapi ya harus tega ya, Mak :)))
Iyaaaa, mak Diah..HARUS TEGA..hehehe..
Halo mbak..
Anak saya usia 2 taun 3 bulan msh proses disapih..
Seharian sih udh ga minta..cuma kl bgn malem itu yg susah..awalnya kl dy bgn mlm dy nen bentar sambil diingetin “minum pk gelas aja yuk udh besar kan ga nen lg”..dan kl beruntung dy lgsg lepas nen nya, minum, dan tidur.., makin kesini kdg cuma puting nya doang yg nempel trus saya ingetin minum dy lgsg lepas..tp kl lg sm sekali gamau itu yang susaaah bgt nangis nya kaya diapain..
Biasanya suami support dgn bantu gendong dsb, tp dy lg dinas luar sebulanan dan saya ngungsi k rmh org tua.. daaaan drama luar biasa..disaat orgtua ga bisa terima cucu nya nangis kejer..yg ada saya di cap mcm2 “kasian itu anaknya”, “nangisnya ko gitu, diapain?”, “Kedengeran tetangga, malu, kaya diapain aja anak nya nangisnya sampe gt”, “km tega bgt ke anak”, dsb dsb saya malah dimarahin…yg ada anak makin nangis,,saya makin stress nangis dipojokan…plus kl anak msh ga mau diem jg lgsg pd mau ambil alih anak saya buat didiemin..gatau yaa kl anak nangis pas lg saya yg pegang rasanya pgn saya sendiri sbg ibunya yg nenangin bukan orglain..
Doakan yaa mba semoga saya berhasil dan lingkungan men-support..
Wow..perjuangan yang luar biasa, ya mba Fina..dulu aku juga gitu, tapi tetap harus kuatkan niat dengan tega. Tentunya dengan diajak komunikasi juga anaknya. Kalo siang biasanya saya kasih tahu kalau sudah besar, nenen cuma buat dedek bayi dan lain sebagainya. Pokoke di ubah pola pikirnya pas keadaan tenang, gak rewel. Lalu aku takjub sendiri dia gak mau nenen lagi tanpa nangis tantrum.. 🙂
Terima kasih tips nya mbak. Pengalaman anak pertama tidak perlu repot-repot menyapih karena umur 1.5 th anaknya ngak mau nenen sendiri. Untuk anak kedua sekarang sudah 2 th 4 bln belum saya sapih. Mau menyapih koq masih belum tega, sejak bayi susah minum susu formulanya, tapi harus dicoba.
Wow..2 tahun 4 bulan ya mba Pulut..ya, dicoba pelan-pelan..saya juga ditega-tegain pada akhirnya, nangis ya nggak papa, kan demi kebaikannya juga nantinya.. 🙂