Pendidikan Anak Disabilitas dan Kusta

pendidikan anak disabilitas dan kusta

Tak semua anak beruntung. Meskipun demikian, mereka tetap mempunyai hak-hak yang sama termasuk mendapatkan pendidikan bagi kaum disabilitas dan kusta

Pendidikan anak disabilitas dan kusta, selama ini terkesan terabaikan. Mungkin belum menjadi prioritas. Hal ini terlihat dari keterbatasan tenaga pendidik yang berlatar belakang pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Menjadi dilema ketika anak berkebutuhan khusus mendapatkan akses pendidikan di lingkungan umum yang notabene rawan akan bully-an.

Pada tanggal 21 Oktober 2022 yang lalu, saya  mengikuti webinar dari Ruang Publik KBR yang mengulas tentang “Pendidikan Bagi Anak dengan Disabilitas dan Kusta. Tema yang cukup menarik untuk melihat bagaimana perkembangan pendidikan di Indonesia khususnya di Manggarai Barat untuk anak-anak disabilitas dan kusta.

Dalam acara ini, host Rizal Wijaya memandu dengan gaya bahasa yang cair dan membumi. Narasumber yang hadir adalah Bapak Frans Putut, Spd seorang Kepala Sekolah di SDN Rangga Watu Manggarai Barat. Lalu hadir pula Bapak Anselmus Gabies Kartono, seorang hebat dalam keterbatasannya tapi mampu menjadi  ketua Yayasan Kita Juga.

Mereka yang Peduli Pendidikan

Bapak Anselmus Gabies Kartono adalah sosok disabilitas yang pantang menyerah dalam memperjuangkan hak-hak kaum disabilitas dan kusta. Keterbatasan dalam dirinya tidak membuatnya mundur untuk terus melangkah maju. Beliau adalah Ketua Yayasan Kita Juga (Sankita), sebuah organisasi sosial bagi penyandang disabilitas di Manggarai Barat.

Awalnya organisasi yang mengutamakan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) ini berdiri sejak tahun 2007. Seiring dengan perjalanan waktu, tahun 2017 telah resmi menjadi yayasan. Bapak Anselmus melalui Yayasan Kita Juga tertarik mempromosikan sekolah inklusif karena banyaknya anak berkebutuhan khusus (ABK) yang tidak sekolah.

Salah satu sekolah inklusif yang menerima siswa dari semua kalangan tanpa membeda-bedakan dan tanpa diskriminasi termasuk untuk penyandang disabilitas dan kusta adalah SDN Rangga Watu yang terletak di Manggarai Barat. Di Sekolah Dasar Negeri ini ada sekitar 7 orang murid disabilitas dan kusta.

peduli pendidikan

Tantangan Sekolah Inklusif

Kepala Sekolah Dasar Negeri Rangga Watu, Bapak Frans Patut, Spd menyatakan bahwa berdasarkan UUD 45 pasal 31 ayat 1 setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Hal ini juga berlaku untuk siapapun tanpa diskriminasi termasuk para disabilitas dan kusta yang selama ini menjadi kaum yang marginal atau terpinggirkan.

Oleh karena itu, SDN Rangga Watu mendukung penuh hak-hak pendidikan anak disabilitas dan kusta dengan bersedia menjadi sekolah inklusif. Alasannnya karena Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menangani pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) jaraknya cukup jauh. Sehingga banyak orangtua anak ABK yang memilih tidak menyekolahkan anaknya.

Ignas Carly, seorang siswa penyandang disabilitas mengaku senang sekolah di SDN Rangga Watu Manggarai Barat yang merupakan sekolah inklusif. Ketika ada pertanyaan apakah pernah mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari temannnya karena kondisinya, Ignas mengaku dulu pernah mengalami.

Lalu bagaimana Ignas menanggapi perlakuan seperti diejek oleh teman-temannya? Ignas menjawab biasa saja. Dan sekarang Ignas tidak mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan itu. Menurut Bapak Frans, sejauh ini tidak ada pertentangan dari pihak orangtua yang anaknya bukan dari golongan disabilitas terkait sekolah inklusif.

Yang menjadi tantangan sekolah inklusif adalah tak adanya ketersediaan guru ahli yang dapat menangani anak disabilitas secara khusus. Guru yang tersedia adalah guru umum sehingga pola didik untuk ABK kurang optimal. Oleh karena itu pemerintah hendaknya mengupayakan adanya guru-guru untuk anak-anak disabilitas yang berlatar belakang pendidikan Psikologi.

Stigma Masyarakat Tentang Pendidikan Anak Disabilitas dan Kusta

Banyak orangtua yang memiliki anak-anak disabilitas mengalami kebingungan tentang pendidikan anak-anaknya. Selain terbatasnya sekolah inklusif dan SLB, mereka menganggap bahwa anak disabilitas adalah anak yang tidak bisa beraktivitas seperti anak-anak normal lainnya. Sehingga mereka terbiasa tidak menyekolahkan anak istimewanya.

Selain itu, dalam masyarakat terbentuk stigma bahwa anak disabilitas dan kusta adalah anak yang berbeda dengan anak normal lainnya, dan ada anggapan kalau penyakit kusta bisa menular. Padahal jika mendapatkan penanganan yang tepat, anak disabilitas dan kusta juga dapat berkarya serta berguna di tengah-tengah masyarakat.

Dukung Pendidikan Anak Disabilitas dan Kusta

Oleh karena itu, sangat penting mendukung pendidikan anak disabilitas dan kusta. Sebaiknya, sekolah umum pun bersedia menjadi sekolah inklusif dan menyediakan tenaga pendidik yang berkompeten dan concern pada masalah disabilitas dan kusta. Dukungan dan peran pemerintah sangat penting dalam hal ini.

Karena sejatinya, para penyandang disabilitas dapat hidup mandiri jika mengenyam pendidikan yang memadai. Lalu soal infrastruktur publik sebaiknya accesible untuk para difabel atau penyandang kebutuhan khusus. Berikan hak kepada mereka untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak supaya tidak menjadi beban bagi orang lain.

Anak disabilitas dan kusta berhak mendapatkan perlakuan yang baik, tidak mendapat diskriminasi dan hargai perjuangan mereka untuk maju dan berkembang. Rangkul, bukan malah under estimated dan menjatuhkan. Mereka butuh bantuan, dukungan dan support system agar dapat meraih masa depan cerah sesuai dengan cita-citanya.

Buat hidup mereka selalu berwarna dan beri hak mereka untuk merdeka dan bahagia. Mereka adalah generasi yang berharga, jangan biarkan mereka merasa sendiri, tersingkir dan tidak berarti. Rangkul selalu dan perlakukan sebagaimana mestinya karena mereka pun memiliki hak yang sama seperti orang lain pada umumnya.

Semangat!

dukung pendidikan anak disabilitas dan kusta

Share

Author: Juliastri Sn

Mom of two. Lifestyle Blogger. Entrepeneur.

24 thoughts on “Pendidikan Anak Disabilitas dan Kusta”

  1. semoga kusta bukan lagi menjadi penyakit kutukan, pemerintah bersama masyarakat ikut aktif dalam memberantas kusta di Indonesia, dan semoga yang menjadi penyintas bisa berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi, amiin

  2. Wah keren ini mba SDN Rangga Watu. Soalnya aku kmarin ngobrol sama seorang OYPMK dan dia dulu terpaksa kluar dr sekolah karena dilaporkan sama seorang wali murid.

    Tp itu dulu sih mmg. Kemarin aku mah lupa tanya, apa anak2 dg kusta di Mks bisa sekolah inklusi.

  3. Senang ada program mengangkat para disabilitas dan kusta, apalagi yg anak2 rentan sekali perlakuan bullying ya Mba. Dan khawatir nanti besarnya jadi inner child yg kelam. Semoga mereka gak minder dan mengubah kekurangan jadi kekuatan

  4. Memang kalau bukan kita siapa lagi yang peduli terhadap saudara saudara kita yang menderita disabilitas dan penyalit kusta ya. Sementara mereka semua tetap membutuhkan pendidikan selayaknya anak normal pada umumnya. Beruntung banget masih ada pihak pihak yang berhati mulia dan mau peduli terhadap pendidikan mereka ya. Yuk kita dukung bareng bareng dengan menghilangkan stigma negatif pada mereka

  5. Sekarang masih ada loh stigma negatif bagi penderita kusta, dengan adanya edukasi yg dilakukan terus menerus. Penah juga baca tentang kebijakan pemerintah untuk hak pendidikan dan kerja, akan terealisasikan jika masyarakat juga bisa menerima penderita kusta

  6. Anak disabilitas dan penderita kusta harus lebih mendapat perhatian daik dari masyarakat maupun pemerintah. Alhamdulillaah makin disosialisasikan, ga seperti dulu yang dijauhkan dan diberi label ‘kutukan’. Mereka dapat hidup mandiri kelak, asalkan kita dukung dan bantu prosesnya. Memang butuh waktu dan kesabaran yang luar biasa.

  7. Setuju mbak, pendidikan adalah kunci seseorang bisa lepas, entah dari lingkaran kemiskinan atau ketidakmampuan lainnya. Zaman dulu penyandang disabilitas kek mantan penderita kusta kyk gak dikasi kesempatan buat belajar ya. Alhamdulillah sekarang udah makin banyak edukasinya ke masyarakat kalau mereka gak akan menularkan penyakit dan kudu dapat kesempatan yg sama utk mendapatkan pendidikan yang layak.

  8. Aku punya saudara yang disabilitas mba, tapi aku liat dia sangat semangat. Apalagi udah berkeluarga, bekerja dengan semangat seperti orang-orang normal tanpa rasa malu. Justru bikin aku kadang malu mba, kalo aku leyeh-leyeh hehe yuk ah rangkul terus para disabilitas

  9. Bener, sekolah inklusi terkadang kekurangan guru ahli yang bisa menangani anak disabilitas. Adapun di sekolah swasta, dan kalau mau mendatangkan guru khusus seperti itu, orangtua harus berani membayar lebih.
    Semoga Pemerintah bisa makin merangkul para penyandang disabilitas dan orang yang berpenyakit Kusta ya, sehingga mereka tidak merasa dikucilkan.

  10. Mereka berhak mendapat pendidikan yg layak ya mba. Dengan begitu mereka mampu mandiri dan memiliki bekal masa depannya. Semoga penanganan disabilitas dan kusta semakin maju, membaik. Banyak fasilitas jg untuk kegiatan mereka

  11. Semoga habis ini banyak sekolah inklusif dan SLB ya. Jujur saja di kotaku sendiri, SLB tuh jauh sehingga agak sulit dijangkau. Padahal mereka sama-sama butuh pendidikan. Stigma negatif buang jauh-jauh

  12. Semoga masyarakat makin teredukasi dan menyadari jika anak disabilitas dan kusta adalah anak yang tida berbeda dengan anak normal lainnya,
    Juga tak ada stigma jika penyakit kusta bisa menular karena kalau mendapatkan penanganan yang tepat, anak disabilitas dan kusta juga dapat berkarya serta berguna sesuai kemampuannya

  13. Sepakat banget mba kalau anak dengan disabilitas ini juga berhak untuk mendapat pendidikan yang sama. Selain itu juga fasilitas yang sama dengan yang lain. Mereka akan mampu untuk berkarya jika selalu kita dukung ya mba

  14. Bagus SDN Rangga Watu ya mom mendukung anak disabilitas dan kusta untuk mengenyam pendidikan. Memang seharusnya’kan mereka tidak dibedakan. Justru mereka dirangkul dan kita memberikan suport untuk membangkitkan rasa percaya dirinya

  15. Edukasi ke masyarakat,peran menyeluruh lapisan dan instansi ,untuk OYPMK dan disabilitas sangat penting. Semoga kita semua dapat turut berperan serta untuk kebaikan mereka 🙂

  16. Kalau udah bicara anak yang disabilitas suka sedih. Semoga anak anak ini mendapat kesempatan yang sama kelak, apalagi sekarang gencar banget di mana mana memperjuangkan nasib mereka

  17. Bersyukur sekali masih banyak yang peduli terhadap anak-anak terutama penderita kusta dan disabilitas. Rasanya ikut terharu membaca kisah Ignas Carly. Semoga senantiasa dikuatkan dan menjadi anak cerdas.

  18. Yang aku tahu sekarang itu ada SDN yang bisa menerima siswa disabilitas. Tapi jam belajarnya dipisah dengan siswa umum. Mungkin untuk memudahkan pemantauan.
    Tapi sayangnya ngga semua SDN yang bisa nerima siswa penderita kusta.
    Mudah-mudahan makin banyak SDN di tiap daerah yang ramah OYPMK.
    Kan tiap WNI berhak mendapat pendidikan yang layak kata UU, tak terkecuali penderita kusta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *