Tanah dan rumah adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan
Cerita tentang jual beli tanah dan rumah. Waktu saya kecil, keluarga kami tak punya rumah. Hidup nomaden. Hampir beberapa tahun berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu gubuk atau rumah kontrakan ke rumah yang lain. Ya, kami adalah kontraktor. Kontraktor dalam arti orang yang tinggal di rumah kontrakan.
Tempat yang kami tinggali seringnya berupa rumah ala kadarnya. Hanya ada 2 kamar tidur untuk ditempati oleh kami bertujuh. Bapak, ibu dan 5 orang anak. Satu kamar tidur bisa ditempati 3 orang, lainnya tidur di kursi depan atau ngampar di lantai. Jadi, kami anak-anak tak pernah merasakan punya kamar sendiri.
Kami saling sharing bersama. Saya masih ingat kala masa berdesak-desakan di kamar bersama kakak-kakak saya. Btw, saya anak bungsu dan perempuan sendiri. Empat orang kakak saya semuanya laki-laki. Hal yang paling saya ingat adalah krukupan dan ranjang tingkat. Kami terbiasa bermain petak umpet di dalam selimut.
Di dalam selimut itu, kami terbiasa menyembunyikan makanan yang hanya saya makan bersama kakak nomor 3. Jangan sampai kakak saya yang lain minta makanan itu. Haha..Selain itu, saya pun punya kebiasaan favorit bermalas-malasan di selimut yang dicantelkan di tiang ranjang tingkat untuk bermain perahu-perahuan.
Ranjang tingkat itu terbuat dari besi rangkanya, bunyinya kreat-kreot. Takut rubuh. Kakak nomor dua dan tiga tidur di ranjang atas, kakak nomor satu dan empat tidur di ranjang bawah. Sedangkan saya waktu masih kecil, sering masih tidur bersama Bapak Ibu dalam satu kamar. Dengan kasur berisi kapuk yang tipis itu.
Cerita Tentang Ketiban Rumah
Cerita tentang jual beli tanah dan rumah, saya jadi ingat pengalaman hidup yang cukup mengerikan yang pernah saya alami. Waktu itu saya berumur sekitar 5 tahun, keluarga kami sedang dibangunkan rumah oleh orang baik temannya Bapak. Sebuah rumah gedheg sederhana untuk kami tinggali karena rumah kontrakan yang lama sudah habis masa sewanya.
Tanah boleh kami tinggali tanpa menyewa alias gratis selama beberapa tahun. Rumah sederhana pun dibuatkan. Namun, entah kenapa, saat proses pembangunan rumah itu, rangka rumah yang berupa kayu glugu dan kayu lainnya itu roboh. Posisi saya dan ibu sedang berada di dalam rumah yang setengah jadi itu dengan satu tukang yang sedang bekerja di atas atap.
Saat itu saya dan ibu sedang rebahan di atas tikar, lalu mendengar suara kretek-kretek seperti suara hujan. Ternyata itu bukan suara hujan, namun suara kayu yang akan roboh. Tukang dari atas berteriak kalau rumah roboh, dan ibu pun panik berusaha lari keluar dari rumah namun bahunya tertimpa kayu glugu. Beruntung, Ibu masih bisa selamat.
Sedangkan saya? Masih berada di dalam rumah itu tanpa berpindah sedikit pun. Saya ketiban rumah dan tertimbun di dalamnya! Saya tidak dapat mengingat dengan jelas bagaimana rasanya ketiban rumah. Saya hanya merasakan keajaiban, mukjizat, betapa Tuhan masih melindungi saya. Saya bisa dikeluarkan dari timbunan rumah dalam keadaan utuh dan selamat!
Waktu itu, saya masih sadar, tidak sampai pingsan. Ada sedikit lecet di beberapa bagian tubuh saya. Tapi masih lebih parah bahu ibu yang terkena kayu rubuh. Sepertinya malaikat Tuhan benar-benar memeluk saya diantara reruntuhan material kayu dari bangunan rumah itu. Apa penyebab robohnya rumah yang belum jadi itu?
Usut punya usut, si Bapak tukang tidak membuat pondasi rumah dengan benar dan kuat. Maka tak ada kekuatan untuk menyangga tiang-tiang rumah yang sedang dibangun itu. Whatever, saya sangat bersyukur masih terselamatkan dalam peristiwa itu. Ngeri-ngeri sedap kalau mengingat hal itu kembali sekarang.
Cerita Tentang Jual Beli Tanah

Keluarga kami berpindah-pindah tempat tinggal sekitar 5 kali dalam hidup saya. Terakhir kali, kami dibuatkan rumah yang cukup layak oleh saudara dari pihak ibu. Kami boleh meninggali rumah itu selama belasan tahun, hingga akhirnya rumah itu diminta kembali karena menjadi agunan pinjaman bank yang harus disita karena tidak dapat melunasi hutang.
Ya, ibu dan kakak saya yang masih tinggal di rumah itu terpaksa harus pindah mencari kontrakan rumah lagi. Saudara ibu terpaksa harus merelakan rumahnya disita dan dijual oleh pihak bank untuk memenuhi kewajibannya melunasi hutang di bank itu. Waktu itu saya sudah menikah dan tinggal di mess bersama suami dan anak.
Waktu terus berjalan. dan pada akhirnya, saya dan kakak-kakak bisa mempunyai rumah bersama keluarganya masing-masing. Lalu ibu tinggal bersama anak-anaknya secara bergantian. Kadangkala ibu tinggal di rumah keluarga saya sambil momong cucu ketika anak dan menantunya bekerja. Kali lain ibu gantian ke rumah keluarga kakak saya.
Lalu kakak saya membeli sebidang tanah di Jogja yang luasnya tak berbeda jauh dengan luas tanah dari rumah saudara ibu yang pernah kami tempati dulu yang akhirnya disita oleh bank. Harganya masih cukup terjangkau kala itu. Rencananya, kakak akan membangunkan sebuah rumah untuk ibu di tanah itu.
Namun hingga beberapa tahun, rencana itu belum dapat terwujud karena keterbatasan dana. Hingga akhirnya kakak saya berencana menjual tanah itu disaat harga jualnya sudah menjadi 3 kali lipat dari harga beli dulu. Kakak saya menyuruh saya untuk menjualkan. Saya boleh menaikkan harga jual untuk keuntungan saya. Kakak hanya minta di harga tertentu.
Saat itu saya langsung menerima tawaran itu, padahal saya belum punya pengalaman menjualkan tanah. Saya lalu memasang iklan di website jual beli online. Tanah itu saya jual secara online lengkap dengan informasi lokasi, sertifikat tanah, dan keterangan secara mendetail agar calon pembeli cukup jelas tentang kondisi tanah yang akan dibeli.
And you know what? Tanah itu terjual dalam waktu 2 hari setelah saya iklankan! Sungguh saya tidak menyangka akan keberuntungan ini. Tiba-tiba saja ada beberapa calon pembeli yang menghubungi nomor telepon saya, dan salah satunya langsung deal dalam beberapa kali negosiasi melalui telepon. Wah, nggak nyangka saya nyemplung ke bisnis properti.
Saya mendapatkan keuntungan hampir 25 juta dari menjualkan tanah itu dengan sepengetahuan kakak saya. Lalu hasil keuntungan itu saya bagi juga sebagian dengan ibu dan kakak-kakak saya yang lain. Yah, bagi-bagi rejeki nomplok ya kan. Saya sangat bersyukur diberikan kemudahan dalam proses penjualan tanah kakak saya tersebut.
Selain beruntung, orang Jawa meyakini bahwa urusan jual beli tanah ini ada kaitannya dengan sesuatu yang bernama “pulung“. Siapa yang mendapatkan pulung, biasanya akan dengan mudah membeli atau menjual tanah yang ditawarkan kepada orang lain. Mungkin itu memang pulungnya saya, pulungnya kakak saya dan pulungnya pembeli akan tanah itu.
Cerita Tentang Membeli Tanah dan Membangun Rumah

Pertama kali saya dan suami membeli tanah yang kami bangun ruko yang sekarang kami tempati sebagai tempat tinggal dan toko usaha kami. Lokasi tanah di pinggir jalan, dengan lebar muka yang cukup luas untuk parkir kendaraan. Harganya cukup murah karena dekat makam, perlu mengurug tanah yang cukup tinggi dan kebetulan penjualnya sedang butuh uang (BU).
Luas tanah lebih dari seribu meter persegi. Memang sudah pulungnya kami mendapatkan tanah dengan harga murah. Kami tidak takut tinggal dekat dengan makam karena kami sudah punya tujuan hidup yang tidak aneh-aneh dan neko-neko. Kami sudah memiliki dunia yang berbeda walaupun bertetangga dekat.
Justru dekat dengan makam ini, menjadi pengingat bagi kami bahwa hidup itu sementara dan pada akhirnya semua orang akan meninggal. Maka berbuat baiklah selama hidup ini untuk menjadi bekal pertanggungjawaban di akhirat nanti. Kami meyakini bahwa hidup adalah peziarahan manusia untuk menabung kebaikan.
Dana membeli tanah dan membangun rumah kami berasal dari dana pinjaman usaha yang kami jalankan dan dibantu oleh orangtua kami, mertua saya tepatnya. Sungguh kami sangat beruntung akhirnya bisa memiliki rumah dengan pekarangan yang cukup luas sehingga anak-anak kami dapat bermain di luar rumah secara leluasa.
Kami sangat bersyukur mendapatkan kemudahan proses dari pembelian tanah, pembangunan rumah dan akhirnya bisa kami tinggali sekaligus sebagai tempat usaha kami. Karena kondisi tanah yang cukup njeglong, maka kami memutuskan untuk membuat bangunan tingkat ke bawah sebagai hunian, dan lantai atas sebagai toko usaha kami.
Cerita Tentang Membeli Tanah dan Rumah
Beberapa tahun kemudian, ada tetangga yang menawari tanah dijual murah tak jauh letaknya dari rumah kami. Luas tanahnya sekitar 500-an m2. Memang letaknya cukup wingit karena dekat dengan pohon besar dan Sultan ground. Bentuk tanahnya pun segitiga. Namun karena cukup murah dan penjual BU, maka tanah itu akhirnya kami beli.
Lalu suatu hari, ada tetangga yang menawarkan tanah yang sudah ada bangunan rumahnya yang dijual. Luas tanahnya sekitar 600 meter persegi dan bangunan rumahnya cukup layak untuk ditinggali dengan bangunan yang cukup kuat. Ada 2 kamar tidur, kamar mandi, dapur dan terasnya. Lalu saya menawari kakak barangkali mau dibeli untuk ibu.
Ternyata memang pulungnya, rumah itu jadi dibeli kakak saya dan sekarang menjadi tempat tinggal ibu kami. Dan tanahnya yang masih luas, lalu dibangun rumah di sebelah rumah Ibu. Jadi kakak kami tinggal di sebelah rumah Ibu. Walaupun kakak saya bekerja di KalTim, rumahnya ditinggali oleh keluarganya yaitu istri dan anak-anaknya.
Beberapa tahun kemudian, saya menjadi penghubung antara penjual tanah dan pembeli tanah yang ditawarkan oleh tetangga. Tanah seluas 500-an meter yang terletak di pinggir jalan provinsi itu tak jauh dari rumah toko kami. Hanya sekitar 50 meter saja jaraknya. Tanah itu akhirnya dibeli oleh Bapak Mertua saya patungan dengan adik suami dan atas nama adik suami.
Cerita Tentang Menjual Tanah
Kalau dipikir-pikir, ternyata selama kurun waktu 15 tahun ini, saya telah melakukan transaksi jual beli tanah enam kali di notaris PPAT. Terakhir di tahun ini, tahun 2025 saya dan suami membeli tanah seluas 787 m2 dengan harga yang cukup terjangkau. Proses akta jual beli dan balik nama sudah kami lakukan di notaris, tinggal menunggu sertifikat jadi.
Nah, rencananya, tanah yang baru saja kami beli ini akan kami jual kembali. Tanah akan kami jual dengan luasan 100 m2 sehingga harus dipecah-pecah siap bangun hingga jadi 4 kavling. Sehingga nanti pembeli tinggal balik nama saja dan mendapatkan sertifikat sesuai luasan tanah yang dibeli. Tanah ini terletak sekitar 70 meter dari jalan Provinsi.
Namun, jika sebelum proses pemecahan tanah ada yang mau membeli tanah secara utuh luasannya, akan kami lepas jika harganya cocok. Kelebihan dari tanah yang akan kami jual kembali ini letaknya strategis, tak jauh dari pusat kota, Rumah Sakit, tempat belanja, terletak di pemukiman penduduk sehingga cocok untuk hunian atau investasi.
O,ya bagi yang belum tahu, tanah yang akan kami jual ini berada di daerah Gunungkidul. Barangkali ada yang berencana untuk membuat hunian rumah untuk pensiun nanti? Atau mau membuka bisnis kos-kosan, kontrakan, homestay atau sekedar investasi masa depan? Tanah ini sangat cocok untuk semua goals itu. Siapa tahu pulungnya kamu?
Tanah Dijual!
Lokasi : Kerdon, Wiladeg, Karangmojo, Gunungkidul
Luas : 787 m2
Lebar : 15.5 m
Surat : SHM
Akses jalan : ada jalan, 60 m dari Jalan Provinsi
Harga : 350 juta
Jika ada pembeli yang menghendaki luasan tanah lebih kecil, bisa memproses pemecahan tanah langsung balik nama atas nama pembeli. Barangkali mau membuat rumah hunian tempat tinggal dengan luas tanah 100-an meter saja. Bisa banget. Tanah seluas 700-an meter itu bisa dipecah jadi 4 bagian dengan luasan tanah 126.5 (11×11,5) meter persegi.
Harga tanah setelah dipecah sertifikatnya adalah 120 juta – 130 juta sudah termasuk proses pengurusan di notaris PPAT untuk Akta Jual Beli (AJB), Sertifikat Hak Milik (SHM) dan balik nama atas nama pembeli. Ayo, mumpung harga tanah di Gunungkidul belum terlalu tinggi seperti di kota Yogyakarta. Kami jual tanah murah di Gunungkidul.
Berikut lokasi tanah dijual di Gunungkidul. Lokasi tanah yang dijual di dusun Kerdon, Wiladeg, Karangmojo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya cukup strategis. Suasana masih asri pedesaan, tapi hanya 70 meter dari jalan Provinsi. Hanya 10 menit untuk ke pusat kota Wonosari, 10 menit ke Rumah Sakit, supermarket dan tempat lainnya.
Kamu bisa klik link ini untuk mengetahui dimana lokasi tanah berada. Lokasi tanah : https://maps.app.goo.gl/exLyG6mVSHZ9YJyKA (Klik linknya)
Hubungi nomor WA : https://wa.me/6281328505252 langsung ke saya sendiri sebagai penjual tanpa perantara.
Demikian cerita tentang jual beli tanah dan rumah. Dari yang tadinya tidak punya tanah dan rumah, sekarang saya malah menjadi agen properti independen yang terlibat transaksi jual beli tanah dan rumah. Semoga bermanfaat dan memberikan informasi yang cukup. Tak lupa semoga hidupmu semakin berwarna. Terima kasih.
Have a nice day!