Pertimbangan Sebelum Menikah Secara Katolik

Pertimbangan Sebelum Menikah Secara Katolik

Pernikahan secara Katolik adalah pernikahan yang sangat sakral, bersifat monogami dan tak dapat diceraikan oleh manusia

Pertimbangan sebelum menikah secara Katolik ada banyak hal. Apakah pernikahan secara Katolik itu menakutkan? If the marriage is scary? Tergantung bagaimana menjalaninya. Dalam agama Katolik, pernikahan adalah tentang membangun suatu komitmen bersama. Antara suami dan istri. Calon pengantin perlu mempersiapkan diri selama beberapa bulan.

Ya, perkawinan katolik tidak bisa secara instan. Semuanya by process yang harus dijalani setahap demi setahap. Ketika pria dan wanita yang seiman, sama-sama menganut Agama Katolik, sudah menerima sakramen ekaristi dan sakramen penguatan, jika tidak ada halangan berhak menerima sakramen perkawinan.

Sakramen adalah tanda perjumpaan Allah dengan manusia. Ketika pria dan wanita telah menikah secara Katolik, maka segala sesuatu yang telah dipersatukan oleh Allah tak dapat diceraikan oleh manusia. Sebelum menerima sakramen perkawinan, calon pengantin pria dan wanita wajib mengikuti kursus perkawinan dan kanonik untuk menikah di gereja Katolik.

Kursus perkawinan dan penyelidikan kanonik ini bisa berlangsung selama beberapa bulan. Kursus pernikahan ini berisi tentang visi dan misi perkawinan secara Katolik. Sedangkan kanonik adalah penyelidikan yang dilakukan oleh Pastor yang akan memberikan sakramen perkawinan berupa wawancara dan mengetahui latar belakang calon pengantin.

Untuk dapat sampai ke tahap ini, sebelumnya para calon manten mengumpulkan berkas-berkas yang diperlukan seperti surat baptis, akte kelahiran dan syarat-syarat lainnya yang diperlukan oleh hukum gereja. Ketika dipastikan tidak ada halangan dari kedua calon mempelai, maka proses persiapan pernikahan itu dapat dilanjutkan.

Perlu diketahui pula bahwa pernikahan secara agama Katolik yang telah disahkan mengandung 3 hal yaitu Monogami yang bersifat satu untuk selamanya, tak dapat dipisahkan atau diceraikan oleh manusia, dan bertujuan untuk menghasilkan keturunan dan mendidik anak. Siapkah harus setia dalam suka dan duka, untung dan malang, saat sehat dan sakit?

Beberapa Pertimbangan Sebelum Menikah Secara Katolik

Saat kanonik, seorang Pastor biasanya akan menanyakan visi dan misi kedua calon pengantin. Apakah sudah benar-benar siap menikah secara Katolik. Karena syaratnya cukup berat. Antara lain tidak boleh cerai, saling setia menemani dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit. Bayangkan, seumur hidup itu lama. Apakah sanggup?

Selain itu perkawinan secara Katolik sifatnya monogami, yaitu satu untuk selamanya sampai maut memisahkan. Tak ada kata cerai atau poligami. Sungguh berat bukan? Tergantung tujuannya menikah untuk apa. Kalau sudah kuat dalam komitmen untuk membangun keluarga yang kudus, maka niat baik itu akan mudah untuk dijalani.

Ada banyak nasihat pernikahan yang perlu dipahami sebelum mempersiapkan pernikahan. Apalagi dalam pernikahan Katolik itu ada banyak sekali aspek yang harus dihayati dalam pandangan iman yang luas. Kalau dalam agama lain menikah itu ibadah, dalam agama Katolik pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan bukan untuk main-main.

Menikah secara Katolik itu tidak mudah. Banyak proses yang harus dijalani sebagai persiapan antara lain mengikuti kursus pernikahan, penyelidikan kanonik, menyiapkan berkas administrasi, dan lain-lain.  Empat hal yang mendasar yang menjadi pertimbangan sebelum menikah secara Katolik yang akan menjadi bahan kanonik biasanya seperti ini gambarannya.

Sanggup Mengembangkan Kasih Sayang Dalam Keluarga

Sebelum menikah, atau saat dalam proses penjajakan, semuanya akan terasa indah. Karena frekuensi bertemu paling seminggu sekali atau beberapa kali, tidak nyanding setiap saat hingga 24 jam sehari. Setelah menikah, tentu banyak hal yang membuat terkaget-kaget soal kebiasaan pasangan yang dulu belum terlihat saat masih pacaran.

Akan ada banyak perbedaan setelah hidup berkeluarga. Maka, belajar legowo, saling menerima perbedaan, saling memahami, saling pengertian menjadi koentji dalam langgengnya suatu hubungan atau relationship. Demikian juga dengan rasa cinta yang pernah ada dan harus diupayakan untuk selalu ada.

Perasaan itu ibarat tanaman, yang harus senantiasa dipupuk agar tumbuh subur dan tidak mudah layu atau sampai mati. Maka, rasa cinta, kehangatan dengan pasangan harus selalu dikembangkan jangan sampai mati rasa. Ya, ingat-ingat kebiasaan saat masih pacaran dulu yang segala sesuatunya tampak begitu indah.

Perlu diingat bahwa seumur hidup itu lama, maka perlu pertimbangan sebelum menikah secara Katolik untuk mencari pasangan yang sefrekuensi. Ibarat kata, jodoh adalah cerminan diri, maka carilah jodoh yang paling tidak memiliki banyak kesamaan dengan dirimu. Tidak perlu mencari yang sempurna, karena nanti akan saling melengkapi.

Sanggup mengembangkan kasih sayang dalam keluarga

Ekonomi Keluarga Menjadi Pertimbangan Sebelum Menikah Secara Katolik

Jelas, ekonomi yang stabil dalam keluarga itu sangat penting. Maka, ketika seseorang memutuskan untuk berani menikah, harus dipastikan dulu bagaimana kondisi keuangannya untuk kelangsungan pernikahan di masa depan. Paling tidak, untuk kebutuhan sehari-hari berdua bersama pasangan saat menikah nanti dapat tercukupi.

Siapa yang akan mencari nafkah, siapa yang akan mengurus rumah tangga, siapa yang akan mengurus anak nantinya jika sudah dikaruniai momongan sudah harus dibicarakan sebelumnya. Bagaimana jika penghasilan istri lebih besar dari suami? Atau jika suami tidak bekerja namun yang mengurus rumah tangga di rumah, semuanya harus ada kesepakatan bersama.

Jangan sampai nanti masalah ekonomi keluarga menjadi boomerang bagi kedua pasangan. Apalagi jika kedua pasangan sama-sama belum bekerja. mau makan darimana? Apakah harus menggantungkan pada orangtua secara terus menerus? Pasangan yang sudah siap mengarungi bahtera rumah tangga harus siap secara finansial untuk masa depannya.

Ekonomi keluarga menjadi pertimbangan sebelum menikah secara Katolik

Pertimbangan Sebelum Menikah Secara Katolik Pelajari Soal Parenting Atau Pola Asuh

Latar belakang pola asuh yang berbeda dari masing-masing pasangan calon pengantin biasanya akan berpengaruh pada pola asuh anak-anak mereka kelak. Misalnya keluarga calon suami terbiasa mendidik anak dengan gaya hidup sederhana, hidup hemat dan bersahaja sedangkan calon istri berasal dari keluarga yang terbiasa memanjakan anak-anaknya dengan materi.

Perbedaan pola asuh ini jika tidak didiskusikan secara awal, bisa menjadi batu sandungan di kemudian hari. Sang ayah akan terbiasa mendidik anak dengan kerja keras, harus berusaha untuk mendapatkan segala sesuatu, namun sang ibu akan cenderung mendidik dengan cara yang soft, menuruti keinginan anak dan mudah untuk memberi gift atau hadiah-hadiah.

Maka, mencari jalan tengah sebagai solusi dari segala perbedaan pendapat dalam proses pola asuh anak menjadi prioritas. Salah satu pihak harus ada yang mau mengalah, tidak hanya mementingkan egonya sendiri. Anak bisa diajarkan tentang arti mandiri, tanggung jawab dan solving problem. Tak harus dimanja dan diberi hadiah secara terus menerus tanpa alasan.

Sesekali memberi reward kepada anak ketika ia menyelesaikan suatu challenge atau berprestasi pada bidang tertentu bisa menjadi pilihan agar anak merasa dihargai dan diapresiasi sehingga ia bisa makin semangat untuk berusaha menjadi lebih baik lagi. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Pertimbangan sebelum menikah secara Katolik pelajari soal parenting atau pola asuh

Gereja Rumah Tangga atau Ecclesia Domestica Sebagai Pertimbangan Sebelum Menikah Secara Katolik

Dalam agama Katolik, keluarga atau rumah tangga adalah gereja mini. Gereja dalam arti sebenarnya tidak hanya berupa bangunan rumah ibadah. Namun, gereja dalam arti spiritual adalah persekutuan orang-orang yang beriman dan membangun relasi yang baik kepada Allah. Salah satu caranya adalah dengan berdoa yaitu suatu bentuk berkomunikasi dengan Tuhan.

Dalam keluarga inilah, ada banyak hubungan yang dapat dibangun antar anggota keluarga sebagai bentuk hubungan sosial, lalu bersama-sama membangun komunikasi dengan Tuhan Allah. Dalam agama Katolik, ada simbol salib yang bentuknya horisontal dan vertikal. Harapannya adalah ada keseimbangan antara relasi dengan sesama manusia dan Tuhan.

Maka, melakukan kegiatan rohani bersama-sama dengan anggota keluarga atau rumah tangga menjadi prioritas yang dapat dilaksanakan untuk menghadirkan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Misalnya dengan rutin melakukan doa bersama antara ibu, ayah dan anak-anaknya. Selain meningkatkan bonding satu sama lain juga untuk keimanan.

Gereja rumah tangga atau ecclesia domestica sebagai pertimbangan sebelum menikah secara Katolik

Konsekuensi Menikah Secara Katolik

Perlu diketahui bahwa menjadi seorang penganut agama Katolik itu berat dan tidak mudah. Segala sesuatunya ada proses, konsekuensi, komitmen dan tanggung jawab yang harus dipikul.  Apalagi menjadi pengikut Kristus itu harus mau memikul salib, setia dalam pelayanan dan berlandaskan ajaran Yesus sendiri tentang cinta kasih.

Ayat-ayat emas yang terkandung dalam Kitab Suci tentang ajaran Yesus untuk kasihilah musuhmu, mengampuni yang bersalah kepada kami, bila ditampar pipi kirimu berikanlah pipi kananmu  adalah suatu request yang sangat berat untuk dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh tidak mudah.

Seseorang yang ingin masuk agama Katolik pun harus melalui proses yang panjang. Salah satu syaratnya adalah harus mengikuti pelajaran bersama katekis selama beberapa bulan bahkan tahun sampai dinyatakan layak menerima sakramen Baptis. Lalu untuk menerima sakramen kudus, sakramen penguatan juga melalui pelajaran yang tak sebentar.

Sampai seseorang memutuskan untuk dapat menikah secara Katolik, ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sudah menerima sakramen baptis dan syarat-syarat lainnya. Maka suatu pernikahan dalam agama Katolik merupakan suatu sakramen yang artinya sebagai sarana dan tanda kehadiran Allah.

Maka seorang Katolik yang telah memutuskan untuk menikah secara Katolik harus sudah siap berkomitmen untuk menikah secara monogami yaitu satu untuk selamanya sampai maut memisahkan, setia dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit, mau menerima bahwa segala sesuatu yang telah disatukan oleh Allah tak dapat diceraikan oleh manusia.

Selain itu, pernikahan Katolik tidak menganut konsep chidfree karena memiliki tujuan untuk meneruskan keturunan sehingga harus mau mempunyai anak dan sanggup untuk mendidiknya secara Katolik hingga anak tersebut dewasa. Komitmen ini harus dijaga selamanya karena telah berjanji kepada Allah saat mengucapkan janji perkawinan.

Nah, bagaimana sudah ada gambaran kalau mau menikah secara Katolik kan? Beberapa hal tersebut bisa menjadi pertimbangan sebelum menikah secara Katolik. Tetap semangat dalam pelayanan, dan yakin jika punya tujuan yang baik dan mulia maka segala sesuatunya akan dimudahkan dan hidup akan menjadi semakin berwarna.

Berkah Dalem!

Konsekuensi menuikah secara Katolik

Share

Author: Juliastri Sn

Mom of two. Lifestyle Blogger. Entrepeneur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *